PULAU Sulawesi dan pulau-pulau kecil sebagai habitat peneluran penyu. Namun, seiring dengan waktu, pantai tempat bertelur penyu ini kian mengecil akibat pemukiman dan perkebunan, seperti kelapa.
Akibatnya, ketika terjadi abrasi –proses pengikisan atau erosi pantai – dicari jalan pintas dengan membuat tanggul. Tanggul yang dibuat ini pun tidak lagi alami, tapi menggunakan material dengan bahan batu, pasir bercampur semen.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado, Farnis B. Boneka mengatakan, tanggul yang terbuat dari beton ini mengganggu jalur habitat peneluran penyu. Dengan membuat tanggul beton, akan memutus rantai reproduksi penyu.
Penyu bertelur di atas pasang tertinggi, bukan di pantai berpasir yang basah. Karena itu, perlindungan tempat bertelur penyu di pantai Sulawesi harus segera dilakukan dengan cara mempelajari berbagai aspek lingkungan.
Menurut Farnis, lokasi-lokasi yang mengalami abrasi cukup kuat, bukan dibuat tanggul dari beton. Tapi, ditanami kembali dengan mangrove atau tumbuhan pantai.
Beberapa pantai di Laut Sulawesi sebagai habitat penyu bertelur. Banyak aspek lingkungan yang diabaikan dalam pembuatan tanggul beton sebagai pelindung pantai.
Spesies penyu itu dilindungi, tapi beberapa lokasi tempat bertelur tidak dilindungi. “Itu masalahnya,” kata Farnis.
Komentar tentang post