Upwelling, Arlindo dan Pergerakan Ikan Tuna di Indonesia

INDONESIA Timur memiliki keunggulan dalam pergerakan utama oseanografi, yakni upwelling dan Arlindo. Upwelling terjadi ketika massa air naik dari lapisan bawah ke atas secara vertikal ke permukaan.

Di tempat itulah akan berkumpul fitoplankton, yang selanjutnya mengundang kehadiran zooplankton dan ikan. Proses ini membawa perairan menjadi lebih subur, sebagai dasar dalam rantai makanan.

Di sisi lain, terjadi pula Arlindo (Arus Lintas Indonesia), yaitu arus yang membawa massa air dingin bergerak dari wilayah lintang tinggi (kutub utara) menuju equator. Arus ini banyak mensuplai nutrien yang kaya akan makanan sehingga perairan menjadi subur.

Perairan laut dengan produktivitas primer yang tinggi, akan meningkatkan pertumbuhan fitoplankton. Dengan hadirnya fitoplankton, akan diikuti zooplankton. Ini akan menarik kehadiran ikan-ikan kecil, hingga ikan besar. Termasuk pula mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba.

Menurut Peneliti Bidang Geologi Laut Dan Oseanografi, Badan Litbang Energi Dan Sumber Daya Mineral, Delyuzar Ilahude, perairan Indonesia bagian timur seperti Laut Maluku, Teluk Tomini, Laut Banda, Laut Arafura terkenal sebagai daerah upwelling yang subur. Ini terjadi karena pada musim timur, massa air di lapisan atas perairan tersebut terdorong oleh angin timur sampai ke Laut Natuna dan Laut China Selatan.

Dewi Surinati dari Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI menyebutkan bahwa upwelling di Laut Banda, Laut Arafura, kepulauan Aru dan Laut Maluku terjadi di musim timur. Di Selat Makassar, upwelling terjadi di musim Tenggara (Juni – September).

Hal ini sejalan dengan yang ditulis Lestari Cendikia Dewi dari Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hasil penelitian menunjukkan di bulan Januari, upwelling lebih banyak muncul di Indonesia Timur, sedangkan di Indonesia Barat dapat dikatakan jarang ada upwelling.

Lestari menggunakan data Bulan Januari, April, Agustus, Oktober tahun 2007 sebagai wakil dari Musim Barat, Musim Peralihan I, Musim Timur dan Musim Peralihan II. Arus laut yang bergerak naik, dikenal sebagai upwelling dirata-ratakan dan dipetakan untuk setiap bulan. Peta upwelling inilah yang akhirnya dapat menggambarkan daerah potensial perikanan tangkap.

Perairan yang mengalami upwelling, Selat Makassar, Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone dan di sekitar Kepulauan Talaud. Selanjutnya di utara Bali, barat dan selatan Pulau Lombok, utara Pulau Sumbawa sampai Selat Sape, utara Pulau Flores, Pulau Adonara dan Pulau Siantar.

Kemudian di Pulau Alor, Pulau Sumba, Pulau Timor, Laut Sawu sampai perairan sekitar Pulau Roti dan Pulau Sawu. Upwelling juga terjadi di timur laut Pulau Seram sampai tenggara Kepulauan Sula, utara dan timur laut Pulau Buru, utara Kepulauan Sula sampai perairan Bitung.

Pada Bulan April, upwelling di Indonesia timur mulai berkurang luasnya, dan di selatan Jawa mulai muncul upwelling. Pada Bulan Agustus, upwelling di perairan selatan Jawa meluas sampai perairan barat Sumatera yaitu Teluk Bayur. Sementara upwelling di Indonesia timur, intensitasnya menjadi menguat.

Pada bulan Oktober, upwelling dari selatan Jawa tetap muncul. Sementara upwelling di barat Sumatera semakin meluas ke arah utara. Upwelling ini meluas dari perairan sekitar Pulau Enggano, barat Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias dan Pulau Simeulue. Di Indonesia Timur keberadaan upwelling tetap terlihat dengan nilai intensitas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Bulan Agustus.

Hasil penelitian ini, menurut Lestari, menunjukkan secara umum potensi tertinggi perikanan tangkap kita berada di Indonesia timur. Pada setiap musim, perairan di Indonesia Timur masih menunjukkan keadaan upwelling, walaupun dengan intensitas yang berbeda-beda.

Sementara di Indonesia Barat, upwelling muncul pada Bulan April, itupun hanya sedikit di selatan Jawa. Sementara di Bulan Agustus mulai muncul di barat Sumatera. Keadaan ini bertahan sampai Bulan Oktober.

Kehadiran fitoplankton di perairan, memberikan energi baru bagi hewan laut, seperti ikan, mamalia laut dan burung.

Menurut Dewi Surinati, upwelling hanya mencakup satu persen dari permukaan laut. Namun, peristiwa ini memberikan kontribusi sebesar 50 persen dari perikanan dunia.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potensi perikanan di Indonesia memuncak pada Bulan Agustus. Wilayah yang berpotensi tinggi untuk perikanan tangkap adalah perairan Indonesia Timur.

Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan. Dengan demikian, pemodelan pola arus dapat dipakai sebagai informasi awal dalam penentuan daerah potensi perikanan tangkap bagi nelayan.

Arlindo

Sementara itu, menurut Ilahude, Arlindo cenderung dari arah timur laut. Terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Januari (musim barat). Perubahan arus terjadi pada bulan Februari-Maret hingga Mei (transisi ke musim timur) dengan arah cenderung dari baratdaya-selatan ke arah timurlaut.

Arus ini mengalir secara horizontal dari Samudera Pasifik masuk lewat Laut Sulawesi, sebagian terus ke Selat Makasar, sebagian masuk Laut Maluku (Teluk Tomini), Laut Banda dan Laut Flores.

Selanjutnya, keluar lewat Laut Timor dan Laut Sawu, masuk ke Samudera Hindia. Arlindo dengan suhu rendah dan salinitas yang tinggi (densitas), menyebabkan massa air tersebut bergerak di lapisan dalam (> 200 meter) yang banyak membawa zat makanan (nutrien).

Pergerakan Ikan Tuna

R. Thomas Mahulette dari Pusat Riset Perikanan KKP menjelaskan bahwa ikan tuna sebagai perenang cepat mempunyai kemampuan bermigrasi beribu-ribu mil. Terkadang bertelur hingga lautan Pasifik. Namun, pada suatu ketika akan menuju ke Indonesia, dengan datangnya Arlindo.

Dalam perjalanan, ikan tuna mengalami perubahan demi perubahan, hingga tiba di Indonesia dalam keadaan siap ditangkap. Ada kecendrungan bahwa ikan tuna berada pada perairan laut Sulawesi Utara terus menuju ke teluk Tomini, Kendari, laut Banda sampai ke laut Timor.

Menurut Mahulette, kesalahan besar apabila kita tidak menjadikan Indonesia sebagai rumah sekaligus tempat pemijahan telurnya. Namun, faktor ramah lingkungan menjadi patokan bagi keberlangsungan sumberdaya ikan tuna di Indonesia.

Hal lain, kata Mahulette, sebagian orang yang tidak bertanggungjawab melakukan pengeboman dan potasium untuk menghancurkan terumbu karang. Padahal, terumbu karang merupakan tempat yang baik untuk ikan tuna bertelur dan memijah. VM

Exit mobile version