Senyawa-senyawa tersebut, kata Erna, dicirikan oleh kebaruan struktural, kompleksitas dan keragamannya yang umumnya tidak ditemukan dalam produk alami terestrial, dan sampai tahun 2018 berbagai obat atau kandidat obat yang berasal dari laut ini telah diuji dalam berbagai fase uji klinis.
Erna mengatakan lebih kurang 15 ribu jenis spons telah diuraikan dan hampir 98 persen jenis spons hidup di laut dan dapat ditemukan di seluruh kawasan khatulistiwa sampai ke kutub. Tercatat Australia, Indonesia dan Papua Nugini sebagai daerah habitat spons yang paling besar di dunia.
Secara geografis spons menyebar di 31 negara dan sebagai kontributor utama spons adalah Korea, Jepang, Australia, Cina, Papua Nugini dan Indonesia.
Sayangnya, sebagai negara kelautan, penelitian dan pemanfaatan spons di Indonesia masih sangat kurang.
Padahal, di Museum Amsterdam terdapat lebih kurang 5000 jenis spons yang sebagian besar dikumpulkan dari wilayah Bali, Sulawesi, Kalimantan Timur, Kepulauan Maluku, Kai, Aru dan Kepulauan Nusa Tenggara serta sebagian dari timur Laut Jawa.
Expedisi Snellius II (1984-1985) menunjukkan Indonesia sebagai pusat penyebaran spons di Pasifik Barat Indonesia. Meski Indonesia merupakan sumber spons yang sangat baik, kebanyakan penelitian soal ini dilakukan oleh ilmuwan dari negara lain.
Komentar tentang post