Darilaut – Selama masa pandemi Covid-19 hingga September ini, Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong telah menangani 40 kasus mamalia laut terdampar. Khususnya di wilayah Papua Barat kasus mamalia laut terdampar sebanyak 11 kasus.
Dari kasus-kasus tersebut 16 kasus ditangani secara langsung oleh LPSPL Sorong Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sementara 24 kasus ditangani dengan melibatkan pemerintah daerah, pengelola kawasan konservasi, mitra pemerintah dan masyarakat secara langsung.
“Meningkatnya keterlibatan masyarakat secara langsung merupakan hasil penyadartahuan, sosialisasi dan pelatihan menangani mamalia laut terdampar kepada masyarakat. Dalam 5 tahun terakhir, lebih dari 700 orang dilatih di wilayah kerja LPSPL Sorong bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mitra pemerintah melalui program Sea Project,” kata Kepala LPSPL Sorong, Santoso Budi Widiarto.
Saat ini, LPSPL Sorong, bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kawasan Konservasi Daerah Raja Ampat sedang menjajaki wisata budaya paus sperma. Hal ini untuk tujuan edukasi dan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Kampung Arborek, menyusul sering terjadinya peristiwa mamalia laut terdampar di wilayah ini.
Komentar tentang post