Selanjutnya, tabung dipanaskan hingga mencapai 450-550 derajat Celcius. Tiga puluh menit kemudian keluar tetes-tetesan minyak dari pipa setelah melewati jalur pendinginan.
Affan mulai mengembangkan alat ini sejak duduk di bangku SMA, tepatnya tahun 2015 silam. Saat itu, Affan mengikuti lomba karya tulis ilmiah tentang penelitian pirolisis. Lomba itu menjadi awal ketertarikannya mengeksplorasi lebih dalam terkait proses mengkonversi sampah menjadi bahan bakar.
“Lalu saya mulai ikut lomba dan sempat dapat juara harapan di tingkat kabupaten. Dari situ saya mulai mencoba membuat alatnya,” kata alumni SMA 1 Jetis Bantul ini.
Alat ini dibuat berdasarkan pesanan. Hingga saat ini tidak kurang dari 6 alat pemanas yang telah dibuat. Produksi alat pertama tahun 2017 lalu, berukuran kecil dengan kapasitas 2 hingga 3 liter yang dijual seharga Rp 20 juta. Selain itu, Affan juga pernah membuat alat ukuran sedang dengan kapasitas 10 liter dengan harga Rp 35 juta.
Menurut Affan, alat yang dikembangkan ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Salah satunya menggunakan listrik untuk proses pemanasan, sementara kebanyakan produk yang sudah ada di dalam negeri menggunakan sumber energi berupa api untuk proses pemanasan sehingga suhu kurang terkontrol.
Komentar tentang post