Dengan demikian, angka kemiskinan yang ada saat ini hampir 6 sampai 7 kali lebih tinggi dari angka kemiskinan akibat krisis moneter sebelumnya.
Dwikorita mengatakan tantangan tersebut semakin berat dan kompleks seiring dampak perubahan iklim yang juga semakin nyata dan dinamika lempeng tektonik planet bumi yang menunjukkan tren peningkatan keaktifan.
Akibat perubahan iklim, perisitiwa ekstrem semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memproyeksikan bumi akan mengalami pemanasan jangka pendek hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri lima tahun ke depan atau tahun 2026. Proyeksi tersebut memiliki peluang mencapai 50 persen.
Selain itu, menurut Dwikorita, Katalog Komposit Sistem Seismik Nasional Lanjutan juga melaporkan bahwa terjadi peningkatan tren seismisitas secara global, yang juga dikuatkan dengan data historis BMKG.
Hal ini benar-benar menjadi tantangan serius untuk mempercepat pencapaian Target G Kerangka Sendai. Terutama untuk mempercepat pencapaian “Resiliency” atau “Ketangguhan” terhadap bencana melalui penerapan peringatan dini di level nasional dan lokal.
Dwikorita juga menyoroti pentingnya kolaborasi dan sinergi serta mengedepankan kearifan lokal sebagai manifestasi resiliensi (ketangguhan) dalam upaya selamat dari bencana.
Komentar tentang post