“Sebelumnya kami mencoba 0,015 persen untuk kandungan minyak gaharu, namun setelah dilakukan uji organoleftik terhadap kelembutan, jumlah busa, keharuman dan residu sabun yang tersisa, hasilnya lebih baik jika komposisi minyak gaharunya ditambah,” katanya.
Menurut Asep, penambahan minyak gaharu cukup berpengaruh terhadap biaya produksi hand soap. Minyak gaharu menempati komponen biaya produksi yang paling tinggi dibandingkan bahan lainnya.
Untuk komposisi 0,025 persen minyak gaharu diperlukan biaya produksi sekitar 40 ribu rupiah per liter.
Sementara tanpa penambahan minyak gaharu hanya dibutuhkan biaya produksi sekitar 3 ribu rupiah per liter. Harga produksi tersebut diluar biaya kemasan dan operasional lainnya.
Pengembangan hand sanitizer berbahan dasar gaharu (HaRus) juga diharapkan dapat mendukung ketersediaan sanitizer yang dibutuhkan.
Proses pembuatannya pun cukup mudah, selama tersedia bahan baku. Setidaknya, saat ini P3 telah memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan kantor dan pegawai P3H.
Cara pembuatan hand sanitizer sama seperti sanitizer pada umumnya, yaitu menggunakan etanol 96 persen, gliserol 98 persen, hidrogen peroksida 3 persen, dan air steril. Hanya di sini ada penambahan minyak gaharu sebanyak 0,15 ml untuk produksi 1 liter.
Komentar tentang post