Di PULAU Sumba, Nusa Tenggara Timur, terdapat beberapa lokasi petambak garam. Pengolahan garam ini masih dilakukan secara tradisional.
Seperti di pesisir pantai utara mulai dari Lete Konda (Sumba Barat Daya) sampai Desa Ngadu Mbolu (Sumba Tengah). Selain itu, di Sumba Barat. Produksi garam diperoleh dengan cara memasak atau merebus air laut.
Lokasi pembuatan garam ini telah dicatat Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut- Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Untuk produkasi, dilakukan dengan mencampur air laut dan kristal (bibit) garam. Bibit garam ini sebagai umpan, yang dimasak dalam tungku dengan menggunakan kayu bakar.
Kristal garam digunakan agar proses memasak tidak memakan waktu yang lama.
Dalam beberapa jam campuran air laut dan kristal garam akan menghasilkan endapan garam halus yang siap dikonsumsi.
Di tempat lain, seperti di Sumba Tengah, proses memasak tanpa dicampur dengan kristal garam. Ini dilakukan karena harga kristal garam cukup tinggi. Namun waktu masak bisa dua kali lebih lama.
Petani garam dalam sehari dapat menghasilkan 10-15 kilogram.
Pulau Sumba dikenal dengan keindahan alamnya dan perkampungan tradisional yang masih asli. Pulau Sumba memiliki karakteristik tingkat curah hujan rendah. Karena itu, kadar garam yang dihasilkan cukup tinggi.*
Komentar tentang post