Menurut Ocky, pemerintah tidak hanya mencari solusi dalam menangani sampah dalam arti mengoleksi, memisah, dan membakar, tetapi juga memerlukan dukungan riset terkait dengan inovasi-inovasi dalam menangani sampah, salah satunya sampah mikroplastik.
Selanjutnya, kata Ocky, Indonesia memerlukan lebih banyak pakar dalam bidang mikroplastik untuk melakukan inovasi.
Riset tidak hanya menangani masalah sampah plastik, tetapi juga mengidentifikasi dan mencari sumbernya. Konteks identifikasi sumber dan volume sampah plastik yang menuju ke laut juga masih menjadi masalah.
“Introduksi sampah plastik ke laut atau perairan tawar tidak akan bisa dicegah tanpa adanya solusi alternatif, di mana masyarakat sebagai sumber awal dari sampah plastik,” ujarnya.
“Sebagai contoh, Teluk Jakarta merupakan muara dari 19 sungai. Dalam hal ini, diperlukan solusi dalam penanganan sampah sebelum masuk ke wilayah teluk.”
“Pada konteks sampah mikroplastik di laut atau marine debris, Indoneisa sudah memiliki beberapa stasiun untuk memonitor kegiatan penanganan marine debris,” kata Ocky.
Ocky mengatakan, pergerakan mikroplastik tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan mikroplastik di lautan, seperti iklim, arah angin, dan arus laut.