Darilaut – Kilau jingga kekuningan memantul dari dasar sungai yang jernih. Orang-orang menyelam ke dasar sungai, tempat warna kemilau itu bermunculan, namun tak ada yang dapat mengangkat mineral emas itu.
Dari dasar sungai, tempat cahaya kemilau memantul, para penambang mencoba berulang kali, bertahun-tahun. Hasilnya, nihil.
Kisah tentang penggalian dan pendulangan emas di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, bukan hanya di Gunung Pani dan sekitarnya, seperti di Ilota Kiri, Ilota Kanan, Baginite dan lainnya.
Di lokasi yang bersinggungan dengan Cagar Alam Panua, ada bongkah emas berukuran besar.
Bongkahan itu, dalam bahasa Gorontalo berbentuk seperti “dudangata” atau cukuran kelapa.
Karena ukuran emas tersebut sangat besar, tak ada yang dapat memindahkan emas itu dari dasar sungai.
Emas berbentuk “dudangata” sudah lama menjadi cerita, sejalan dengan penambangan emas rakyat dan eksplorasi emas dari masa kolonial Belanda di Marisa.
Penggalian dan pendulangan emas di Pohuwato, dulunya dengan kode wilayah “Pagoeat” sudah berlangsung ratusan tahun lalu.
Perusahaan penambangan emas yang mendapat izin eksplorasi di Pagoeat, di masa pemerintahan Hindia Belanda, antara lain, Exploratie Syndicaat Pagoeat, Exploratie Maatschappij Kolehis, dan Exploratie en Mijnbouw Maatschappij Gorontalo.