Museum Zoologi Bogor Penjaga Sejarah Alam Indonesia

Museum Zoologi Bogor di masa lalu. FOTO: KOLEKSI LIPI.GO.ID

Darilaut – Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor (MZB), dan InaCC merupakan fasilitas yang telah disediakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyimpan berbagai koleksi riset hayati. MZB berperan sebagai penjaga sejarah alam Indonesia.

Peneliti Bidang Zoologi dari Puslit Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi, MZB memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat. MZB adalah fasilitas terlengkap yang menyimpan hampir tiga juta spesies.

LIPI terus melakukan pengumpulan, penyimpanan dan pemeliharaan koleksi khususnya dari wilayah Asia, Wallacea, dan New Guinie. Koleksi ini tak hanya bermanfaat bagi Indonesia, tapi juga bagi masyarakat global.

“Ibaratnya kita memelihara warisan masyarakat global dan kita sebagai penjaga sejarah alam Indonesia,” kata Cahyo, dalam webinar program Week of Indonesia-Netherlands Education Programs 2020 (WINNER 2020) dengan tema “Biodiversity for Society dan Society for Diversity” Selasa (24/11).

Koleksi yang dimiliki LIPI, kata Cahyo, dapat menjadi media pembelajaran bagi seluruh masyarakat yang ingin mengetahui mamalia hingga serangga kecil.

Melalui dukungan 400 lebih peneliti, LIPI melakukan penelitian untuk penyiapan materi kebijakan, menyiapkan pedoman teknis penelitian, melakukan dokumentasi melalui sistem informasi data dan melakukan diseminasi hasil penelitian serta layanan ilmiah.

Begitu pula terkait isu kepunahan, MZB menyediakan koleksi sebagai media komparasi dalam riset zoologi.

Museum tersebut memiliki beberapa kerangka dan jenis binatang yang diawetkan, di antaranya burung, kepiting, serangga, ikan, dan lain sebagainya. Termasuk salah satunya hewan mamalia terbesar di dunia, paus biru, ada di museum ini.

Museum Zoologi didirikan pada 1894, digagas ahli Botani berkebangsaan Jerman J. C. Koningsberger.
Koningsberger merupakan salah satu tokoh perintis dan pengembang Kebun Raya Bogor pada masanya.

Koningsberger mengumpulkan beberapa koleksi museum sebagian besar berasal dari Indonesia, dan sisanya berasal dari beberapa negara di dunia. Salah satunya spesies kepiting berukuran besar yang berasal dari negara Jepang.

Peneliti bidang Botani LIPI, Atik Retnowati mengatakan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses deskripsi dan identifikasi spesies flora.

Di antaranya dengan pelatihan taksonomi, penambahan dana dari pemerintah untuk melakukan riset lapangan untuk pengumpulan spesies yang belum teridentifikasi.

Selain itu, melakukan kolaborasi internasional dengan para ahli taksonomi, join publikasi dan berbagi referensi koleksi juga mengoptimalkan nasional kolaborasi.

Tak hanya itu, memperkuat integrasi antara taksonomi profesional dan taksonomi amatir perlu dilakukan.

“Taksonomi amatir biasanya memberikan kontribusi penting bagi ilmu taksonomi, karena mereka tidak menyadari kebaruan temuan yang mereka temukan. Hal ini dapat menghasilkan riset yang lebih baik,” ujar Atik, seperti dikutip dari Lipi.go.id.

Exit mobile version