Darilaut – Salah satu kendala yang dialami dalam pengelolaan sumber daya laut di Indonesia adalah over fishing atau pengambilan stok ikan secara berlebihan.
Sebanyak 38% ikan yang ditangkap melebihi kemampuan ekosistem untuk mengembalikan jumlah tersebut ke alam.
Ada pula kerusakan terumbu karang yang begitu besar manfaatnya bagi masyarakat pesisir. Selain itu, masa pandemi ini limbah plastik yang kian menggunung.
Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong perubahan bagi ekosistem riset agar berbasis kompetensi dan juga kolaborasi melalui optimaliasi sumber daya manusia, infrastruktur, dan program riset.
Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian, Ocky Karna Radjasa, pada tayangan program CNN Tech Talk, Kamis (11/11) mengatakan BRIN mendorong blue economy tidak hanya sebagai upaya memperbaiki ekosistem tapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Ocky mencontohkan, ketika melakukan konservasi dan rehabilitasi mangrove di Pulau Pari. Di satu sisi akan meningkatkan jumlah tangkapan karena itu merupakan tempat berkembang biak ikan sekaligus memanfaatkan konservasi dan rehabilitasi mangrove sebagai objek eco-wisata.
Dalam waktu dekat BRIN akan melaksanakan program Satu Data Indonesia. Program ini akan menjadi sebuah platform yang bisa dimanfaatkan untuk beragam kepentingan riset dimulai dari survey ekonomi, demografi, pengukuran perubahan suhu air laut, hingga data pencemaran.
Komentar tentang post