Jakarta – Sejumlah pakar konservasi Asia Pasifik bertemu di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri). Pakar konservasi yang hadir ini berasal dari China, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Kamboja, Brunei dan Indonesia.
Dalam pertemuan ini, para pakar memberikan pelatihan konservasi bertaraf Internasional, Training Course on Marine Endangered Species (Marine Mammals and Sea Turtles) of Tropical Asia (MESTA) for Effective Conservation.
Kegiatan yang merupakan kerjasama Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji (FIKP UMRAH) dengan First Institute of Oceanography (FIO) Minister of Natural Resources China, berlangsung Jumat (28/6) hingga Rabu (3/7) Juli.
Perwakilan dari FIO, sebagai co-organizer MESTA, Prof Xuelei Zhang mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan FIKP UMRAH dengan tujuan agar ada upaya bersama dan bahu membahu dalam upaya konservasi Marine Endangered species, serta memungkinkan adanya pendekatan terintegrasi pada kajian-kajian ke depan.
“Jalinan interaksi inilah yang menjadi penting karena kegiatan ini menghubungkan orang-orang yang berada di kesadaran yang sama untuk bertindak menyikapi isu penting ini,” ujar Xuelei.
Rektor UMRAH Prof Dr Syafsir Akhlus saat membuka Training Course MESTA mengatakan, ketika kita melihat Hewan mamalia laut seperti lumba-lumba, dugong dan penyu itu hidupnya bersifat borderless di laut, tidak seperti manusia yang mesti punya paspor untuk berpindah dari satu negara ke negara lainnya.
Komentar tentang post