Darilaut – Pencegahan maupun penanganan paus terdampar memerlukan partisipasi dan sinergi semua pihak, tak terkecuali masyarakat pesisir.
Menurut Dosen Hidrobiologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Adriani Sunnudin, ketika ada masyarakat yang melihat aktivitas tidak biasa dari mamalia laut, harus mulai dicermati. Apakah butuh istirahat saat ruaya atau serangan predator, seharusnya ada kewaspadaan mengenai peluang terdampar.
Hanya saja, kesaksian masyarakat tersebut tidak menjadi kesadaran bersama untuk bisa dilakukan pencegahan.
“Penyebarluasan informasi dari masyarakat tersebut sebenarnya bisa diteruskan ke Dinas Kelautan dan Perikanan di daerah, atau UPT Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sebenarnya sudah memiliki tim tanggap,” kata Adriani dalam kegiatan Ocean Voice, Minggu (21/2) seperti dikutip dari Ipb.ac.id.
Menurut Adriani, sebagai negara maritim, Indonesia sudah memiliki pedoman untuk mengatasi dan menangani peristiwa terdamparnya mamalia laut. Tim respon cepat sudah tersedia namun pada dasarnya kita masih butuh ada peningkatan kapasitas penyebarluasan informasi untuk konservasi mamalia laut.
Pelatihan tanggap darurat evakuasi dan penanganan keterdamparan mamalia laut pun sudah dilakukan oleh para ahli. Namun, partisipatif masyarakat pesisir sangat diharapkan.
Komentar tentang post