Darilaut – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan model spasial untuk mengetahui distribusi ikan yang baik dan akurat, terutama untuk empat komersial tuna, seperti albacore (ALB), bigeye (BET), yellowfin (YFT) dan skipjack (SKJ).
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Komputasi BRIN, Emiyati, membangun model distribusi spasial untuk empat jenis tuna komersial tersebut di perairan Indoensia.
Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa tuna merupakan komoditas ikan yang berkontribusi pada global income dan nutrisi, seperti yang dipaparkan oleh FAO dan McCluney bahwa 7 persen tuna menyumbang 20 billion nilai fish landing.
Data dari berbagai satelit dimanfaatkan untuk mendapatkan parameter-parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut, tinggi permukaan laut, dan seterusnya untuk mengidentifikasi lokasi fishing zone atau potensial penangkapan ikan, baik tuna dan sejenisnya, dan juga memprediksi pergerakan tuna.
Selain itu, kata Emiyati, tujuan lainnya adalah untuk menguji korelasi antara faktor lingkungan laut yang memengaruhi distribusi spasial tuna tersebut dan mengidentifikasi area potensial beberapa tuna yang saling berinteraksi.
”Dalam hal ini, menggunakan empat jenis tuna dengan wilayah yang sama, sehingga memungkinkan mereka bisa bertemu dan berinteraksi serta berkompetisi untuk mendapatkan makanannya,” kata Emiyati, pada Kolokium Population Dynamic Modelling for Marine Biodiversity, Rabu (31/7).