Darilaut – Pengelolaan air menjadi solusi ampuh untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, mencapai ketahanan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization, WMO) mencatat dampak perubahan iklim sering dirasakan melalui air, seperti kekeringan yang lebih intens dan sering, banjir yang lebih ekstrim, curah hujan musiman yang tidak menentu serta percepatan pencairan gletser.
Hal ini memberikan efek berjenjang pada ekonomi, ekosistem, dan semua aspek kehidupan kita sehari-hari.
Selama ini, air tidak mendapat prioritas mendesak yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan dan upaya pengurangan risiko bencana.
Seruan untuk membuat perubahan paradigma untuk memastikan tindakan terintegrasi pada ketahanan air dan iklim dikeluarkan pada Konferensi Air PBB 2023, yang berupaya mempercepat upaya untuk mencapai dunia yang lebih aman air.
Konferensi Air PBB 2023 tersebut berlangsung di Markas Besar PBB, New York City, 22-24 Maret.
Saat ini, sebanyak 3,6 miliar orang menghadapi akses air yang tidak memadai setidaknya sebulan per tahun dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada tahun 2050.
Bahaya yang berhubungan dengan air terus meningkat. Lebih dari 100 negara tidak berada di jalur yang tepat untuk mengelola sumber daya air secara berkelanjutan pada tahun 2030.
Komentar tentang post