Pasir dan kerikil juga mendukung tumbuhan dan hewan yang tak terhitung jumlahnya.
Peduzzi mengatakan kehidupan bawah laut sering kali dimusnahkan oleh kapal pengerukan, seperti penyedot debu raksasa.
“Semua mikro-organisme di pasir hancur dan tidak ada yang tertinggal. Jika Anda membuang semua pasir menjadi batu gundul, tidak akan ada yang pulih.”
Pada tahun 2022, negara-negara di dunia menandatangani Kerangka Keanekaragaman Hayati Global, sebuah perjanjian penting untuk melindungi dan memulihkan alam.
Salah satu target perjanjian tersebut mencakup perlindungan 30 persen lautan. Marine Sand Watch dapat membantu melacak seberapa terlindungi kawasan tersebut, kata Peduzzi.
Standar Global
Data yang dikumpulkan oleh Marine Sand Watch lebih dari sekadar melacak pengerukan lepas pantai.
Hal ini juga dapat mengidentifikasi pelabuhan yang berspesialisasi dalam perdagangan pasir dan memperkirakan jumlah total pasir yang diekstraksi di suatu negara.
Peduzzi menduga sebagian besar pasir dikeruk secara legal oleh perusahaan yang beroperasi di bawah konsesi yang diberikan pemerintah.
Platform ini dapat membantu negara-negara memastikan perusahaan pengerukan tetap berada di wilayah berlisensi yang telah menjalani penilaian dampak lingkungan.
Peduzzi mengatakan negara-negara dapat menerima bantuan pemantauan dari UNEP/GRID Jenewa.