redaksi@darilaut.id
Minggu, 5 Februari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Penggunaan Bom ikan, Polusi dan Sedimentasi Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

Penggunaan Bom ikan, Polusi dan Sedimentasi Penyebab Kerusakan Terumbu Karang

redaksi redaksi
22 Juni 2021
Kategori : Berita, Konservasi
Terumbu karang yang hancur akibat praktik penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bom rakitan. FOTO: DARILAUT.ID

Terumbu karang yang hancur akibat praktik penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bom rakitan. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Indonesia menjadi negara dengan bagian terbesar dari segitiga terumbu karang dunia (coral triangle). Indonesia juga daerah yang banyak mendapat gangguan dan ancaman akibat aktivitas manusia. Gangguan ini tidak jarang membuat kerusakan terumbu karang di Indonesia.

Melansir Ipb.ac.id, Senin (21/6), penggunaan bom ikan, polusi dan sedimentasi, penambangan karang untuk bahan bangunan merupakan gangguan yang paling banyak ditemukan di Indonesia.

“Kondisi ini menjadi penyebab kerusakan terumbu karang yang luas di Indonesia. Saat ini kondisi terumbu karang di beberapa daerah di Indonesia semakin menurun,“ ujar ahli Terumbu Karang IPB University Dr Beginer Subhan, dalam Diskusi Sudut Terumbu Bersama Dr Munasik dan Dr Rahmadi Prasetya.

Acara yang menggunakan platform Instragram ini dilaksanakan setiap minggu. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas Reef Society dalam rangka berbagi informasi dari berbagai ahli, pakar, praktisi dan pemerhati terumbu karang Indonesia.

Beginer yang juga Instruktur Scientific Diving IPB University, mengatakan, kondisi ini menjadikan Indonesia menjadi laboratorium terbesar di dunia untuk penelitian metode restorasi terumbu karang.

“Bahkan semua metode restorasi terumbu karang sudah diujicoba di Indonesia,” ujar Beginer.

Sementara itu, sejumlah mahasiswa IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengikuti kegiatan Penilaian Potensi Terumbu Karang (PPTK). Kegiatan ini digelar oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Dalam kegiatan ini mereka akan melakukan monitoring kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang dan lamun secara berkala setiap dua tahun sekali.

Monitoring dilakukan di 40 titik di wilayah Kepulauan Seribu. Termasuk zona inti perlindungan Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Mahasiswa yang terlibat secara langsung akan melakukan pengambilan data ekosistem terumbu karang bersama dengan seluruh tim PPTK 2021. Tim PPTK tahun 2021 terdiri dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah I, wilayah II, wilayah III, mahasiswa IPB University, LSM Oceanara dan mahasiswa Universitas Diponegoro.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah I Isai Yusidarta, mengatakan, pelaksanaan PPTK 2021 ini sesuai dengan arahan Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu berbasis keilmuan (knowledge) sebagai dasar pengelolaan kawasan.

Menurut Yusidarta, ahli e-DNA IPB University Dr Hawis Maduppa dan ahli Perairan Dangkal IPB University Dr Beginer Subhan dilibatkan dalam pembekalan ilmiah bagi tim pelaksana dan pada akhir pembuatan laporan.

Menurut Beginer kegiatan ini merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Mahasiswa terlibat dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh lembaga seperti Taman Nasional Kepulauan Seribu.

“Mahasiswa akan mendapatkan banyak pengalamanan terutama dalam hal merancang dan melaksanakan penelitian sesuai lepentingan lembaga,” ujarnya.

Tags: Bom IkanIPB Universitykerugian kerusakan terumbu karangKesehatan EkosistemTerumbu Karang
Bagikan4Tweet2KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Planet Jupiter dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, pada 27 Juni 2019. Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, para ilmuwan mengatakan telah menemukan 12 bulan baru di sekitar raksasa gas tersebut, dengan jumlah total menjadi 92. FOTO: NASA, ESA, A. Simon/Goddard Space Flight Center, M.H. Wong/University of California, Berkeley via AP
Berita

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

5 Februari 2023
Kapal kargo Jepang, Seiryu, tenggelam di Laut Pedalaman Seto Jepang, Kamis (2/2). FOTO: NHK
Berita

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

5 Februari 2023
Kapal kargo MSC Faith kandas di dekat Pulau Batu Berhenti, Kota Batam, pada Selasa (31/1) malam. FOTO: HUBLA
Berita

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

5 Februari 2023
Next Post
Konferensi FAO ke-42, yang diadakan secara daring dan berpusat di Markas FAO di Roma pada 14-18 Juni 2021. FOTO:  FAO.ORG

Indonesia Komitmen Bekerja Sama Dengan FAO

Lobster. FOTO: DARILAUT.ID

Prosedur Menangkap Benih Lobster di Alam

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Menjajal Pinisi ke Pulau Samalona

Bencana Alam, Sebanyak 1,9 Juta Jiwa Menderita dan Mengungsi

Yang Perlu Dihindari Ketika Memotret Bawah Laut

Tujuan Ekspor Ikan Tuna Maluku ke Vietnam, Jepang dan Amerika

Banjir di Eropa Menewaskan 196 Orang, Terbanyak di Jerman

Langkah-Langkah Penanganan Jenazah Covid-19

TERBARU

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

Bibit Siklon Tropis 95S dan 97S Mampu Tingkatkan Potensi Pertumbuhan Awan Hujan

Bibit Siklon Tropis 97S Berkembang di Selatan Bali, 95S di Selatan Jawa

Mata Ikan Tuna Mengandung Omega-3

TERPOPULER

  • Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

    Komet Hijau Menghampiri Bumi

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Penduduk Miskin Gorontalo Bertambah

    9 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    34 bagikan
    Bagikan 14 Tweet 8
  • Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    28 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    234 bagikan
    Bagikan 99 Tweet 56
  • Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    29 bagikan
    Bagikan 12 Tweet 7
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk