Darilaut – Pesantren Hubulo Gorontalo mulai mengolah hasil panen tanaman sorghum menjadi gula rendah kalori dan tepung.
Pengolahan dengan menggunakan peralatan yang sederhana ini berlangsung pada Sabtu (18/3) bersama Wakil Kepala Pesantren Hubulo, Hakim, Kepala Bidang di Pusat Inovasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Dr Agus Bahar, mahasiswa UNG dan siswa pesantren Hubulo.
“Pengolahan hasil tanaman ini hasil panen pertama di lahan pertanian Pesantren Hubulo,” kata Hakim.
Selain untuk dijadikan gula, bahan olahan juga dijadikan tepung sorghum. “Daun tanaman sorghum untuk makanan ternak kambing,” kata Agus.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo, Hasim, memandu langsung pengolahan tanaman sorghum tersebut.
Mengutip Pertanian.go.id, saat ini Indonesia mulai melirik sorghum sebagai pengganti gandum. Indonesia salah satu negara pengimpor gandum terbesar dunia dengan rata-rata volume import gandum 8,3 juta/tahun dengan nilai USD 2,4 miliar/tahun.
Sorghum menjadi alternatif karena sebagai pangan alternatif, serta untuk diversifikasi beras dan gandum. Sorghum ini tumbuh dengan baik di lahan kering dan gersang, apalagi biaya budidaya sorghum relatif murah.
Tanaman ini tidak memerlukan input tambahan seperti pupuk dan pestisida. Sorghum memiliki kandungan gizi yang cukup, sehingga dijuluki ‘the superfood’.
Semua bagian tubuh sorgum dimanfaatkan untuk aneka olahan pangan, pakan, energi.
Tanaman sorghum merupakan tanaman serealia dengan kandungan karbohidrat yang setara padi dan biji sorgum mengandung protein, vitamin B dan zat besi yang lebih tinggi dari beras.
Sorghum dapat membantu mengatasi masalah kekurangan zat gizi pada sebagian masyarakat Indonesia serta sorgum sebagai alternatif solusi dalam krisis pangan.
Keunggulan komoditi ini dengan gandum dan beras, sorghum mempunyai protein tinggi mirip terigu (11%) dan adaptasi lahan tinggi, serta bisa diratun umur pendek. Hama sedikit dan biaya produksi rendah.
Sedangkan kekurangan sorgum yaitu penyosohan lebih sulit daripada beras, mengandung tanin, rasa sepat dan Gluten free.
Kendala dalam pengembangan sorgum yaitu teknologi produksi belum advance atau lengkap dibandingkan beras, industri pengolahan sorgum masih sulit, ketersediaan pasar masih rendah atau kecil dan teknologi subsitusi tepung terigu terbatas.



Komentar tentang post