Pimpinan Universitas Thailand dan Indonesia Integrasikan Prinsip ESG PBB

Rektor Universitas Negeri Gorontalo yang juga Plt. Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Prof. Dr. Eduart Wolok dalam Konferensi antar Pimpinan Universitas Thailand dan Indonesia ke-15 (the 15th CUPT - CRISU Conference 2024) di Bangkok, Oktober 2024. FOTO: KBRI Bangkok/Kemlu

Darilaut – Rektor Universitas Negeri Gorontalo yang juga Plt. Ketua  Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof. Dr. Eduart Wolok, menghadiri Konferensi antar Pimpinan Universitas Thailand dan Indonesia ke-15 (the 15th CUPT – CRISU Conference 2024) di Bangkok.

Konferensi yang berlangsung Oktober ini dengan tema “Incorporating ESG Principles in Higher Education Institutions in Indonesia and Thailand” atau “Mengintegrasikan Prinsip-prinsip ESG di Perguruan Tinggi Indonesia dan Thailand”.

Kegiatan kolaboratif antara institusi perguruan tinggi Indonesia dan Thailand, dengan fokus membahas masalah global dengan memprioritaskan masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (environmental, social, and corporate governance – ESG) yang dicetuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Konferensi dihadiri lebih dari 200 peserta yang terdiri dari akademisi dan mahasiswa, termasuk di antaranya 37 orang rektor Universitas di Thailand serta 25 orang rektor Universitas di Indonesia.

Konferensi dibuka oleh Permanent Secretary of Ministry Higher Education, Science, Research and Innovation Thailand, Hon. Prof. Supachai.

Deputy Chief of Mission KBRI Bangkok Fuad Adriansyah memberikan Sambutan pada pembukaan konferensi tersebut.

Menurut KBRI Bangkok konferensi yang telah diselenggarakan sejak tahun 2005 ini terakhir kali diselenggarakan pada tahun 2019 di Bali sebelum pandemi Covid-19.

Acara ini diselenggarakan Dewan Presiden Universitas Thailand (Council of University Presidents of Thailand – CUPT) dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Council of Rectors of Indonesian State University – CRISU).

Prinsip-prinsip ESG

Perguruan tinggi di seluruh dunia menghadapi tantangan untuk memecahkan permasalahan global environmental, social, and corporate governance (ESG) atau lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.

Melalui Konferensi CUPT-CRISU ke-15 2024 tersebut pimpinan universitas Thailand dan Indonesia, pakar dan pemuda berbagi ide dan pengetahuan tentang integrasi ESG dalam pendidikan tinggi.

Kolaborasi ini akan membuka jalan bagi strategi baru yang dapat bermanfaat bagi kita semua dengan cara yang berkelanjutan.

Dalam laman Cupt-crisu.psu.ac.th menjelaskan ESG adalah konsep investasi selektif yang akarnya dapat ditelusuri kembali ke inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan oleh PBB pada tahun 2004.

Saat itu, keputusan investasi sebagian besar didasarkan pada profitabilitas perusahaan, yang dievaluasi oleh kinerja keuangan.

Namun, ketika kekhawatiran lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan semakin menonjol, begitu pula kebutuhan untuk mengevaluasi komitmen organisasi untuk mengatasi masalah ini.

Dalam dua dekade berikutnya, isu-isu ESG telah berhasil diintegrasikan ke dalam analisis investasi oleh perusahaan investasi besar, baik pada filantropi maupun manfaat praktis.

Konsern untuk permasalahan lingkungan, di antaranya, jejak karbon; pengelolaan limbah (sampah); deforestasi dan reboisasi; konservasi sumber daya; perubahan iklim; dan perawatan Pengobatan satwa.

Adapun masalah sosial mengenai keragaman, kesetaraan, inklusi; perlindungan kelompok yang kurang beruntung; kontribusi amal; hubungan masyarakat; upah dan gaji; manajemen kerentanan sosial; pencegahan pelecehan seksual; Kondisi kerja; dan keamanan produk.

Selanjutnya, untuk Governance mengenai tata kelola perusahaan; komite audit yang tepat; pencegahan penyuapan dan korupsi; kontribusi politik dan lobi; dan kompensasi eksekutif yang wajar.

ESG dalam pendidikan tinggi di seluruh dunia mengintegrasikan konsep keberlanjutan ke dalam kurikulum, dan mengatasi masalah tanggung jawab sosial saat mereka berusaha menghasilkan generasi baru pemimpin yang terampil dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Exit mobile version