Perhatian ditujukan kepada kondisi Kesehatan, animal welfare, dan wilayah sebaran habitat satwa di lokasi pelepasliaran.
Menurut Agus, implementasi di lapangan dilakukan melalui penerapan biosecurity dan biosafety serta mematuhi protokol kesehatan. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan untuk penyakit avian influensa (AI), pemeriksaan bakteri dan parasit.
Terhadap petugas perawat satwa dilakukan pemeriksaan rapid test corona virus. Semua ini merupakan upaya untuk menjamin tidak adanya penularan penyakit zoonosis dari satwa ke manusia atau sebaliknya dan dari satwa ke satwa liar lainnya.
Agus mengatakan, jika indikator keberhasilan pelepasliaran ditunjukkan dari produktivitas burung menghasilkan anakan di alam. Selama bulan Januari sampai dengan Mei 2020 produktivitas indukan di alam meningkat signifikan.
“Di Labuan Lalang terdapat 13 pasang indukan yang telah melahirkan anakan sebanyak 38 ekor, melebihi jumlah anakan selama 1 tahun pada 2019 sebanyak 34 ekor. Di Cekik terdapat 12 pasang indukan dengan 33 ekor anakan. Di Brumbun 8 pasang indukan dengan 22 ekor anakan,” katanya.*
Komentar tentang post