Jakarta – Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah mengatakan, tantangan pemanfaatan teripang saat ini adalah populasi di alam yang makin menurun. Dalam dua dekade terakhir telah terjadi pergeseran jenis teripang tangkapan (spesies shifting).
“Pergeseran tersebut mengindikasikan bahwa jenis tertentu sudah semakin sulit ditemukan di alam,” kata Dirhamsyah, pada Media Briefing “Riset Teripang di Indonesia” di Jakarta, Selasa (16/7).
Menurut Dirhamsyah, terdapat 56 jenis teripang yang telah di explore untuk perdagangan. Saat ini, LIPI sedang melakukan budidaya teripang di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
LIPI telah meluncurkan buku “Teripang Indonesia” yang memetakan jenis, sebaran dan status nilai ekonomi teripang. Diharapkan teripang dapat masuk ke Apendix 2 CITES, sehingga pemanfaatan bisa dilakukan tanpa mengganggu keseimbangan populasinya di alam.
Teripang merupakan biota laut yang mempunyai potensi nilai ekonomi tinggi. Teripang dapat menjadi sumber bahan pangan, suplemen dan obat obatan yang bernilai ekonomi tinggi.
Selain itu, teripang terbukti memiliki kandungan gizi sebagai sumber nutrisi untuk pencegahan stunting.
Cahyo Rahmadi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, peran LIPI sebagai otoritas ilmiah berperan penting dalam pemanfaatan satwa liar seperti teripang menjadi sangat krusial.
Komentar tentang post