Selanjutnya, 6 jenis tanaman berpotensi akumulator kadmium antara lain Limnocharis flava (4,3 ppm Cd), Colocasia sp. (4,9 ppm), Ipomoea fistulosa (4,5 ppm), Grangea maderaspatana (5,0 ppm), Eichhornia crassipes (6,0 ppm) dan Ludwigia octovalvis (5,0 ppm Cd).
Hasil penelitian Nuril menguraikan mengenai konsep fitoremediasi menggunakan tanaman hiperakumulator secara holistik hingga metode untuk meningkatkan kemampuan fitoekstraksi secara terintegrasi.
Teknik fitoremediasi berbasis tanaman hiperakumulator dapat diaplikasikan secara terpadu sesuai dengan lingkungan yang diremediasi untuk memperbesar peluang keberhasilan.
“Inovasi ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap pengelolaan pencemaran lingkungan,” ujarnya.
Hasil riset ini menekankan pentingnya penyadartahuan masyarakat akan bahaya pencemaran dan mendorong keseriusan pemerintah dalam hal penerapan regulasi dan undang-undang pengelolaan lingkungan secara tegas dan konsisten.
Selain itu, diperlukan pendataan pencemaran secara lebih serius, objektif, dan transparan agar terkumpul basis data akurat yang terpusat dan dapat diakses secara nasional.
Ke depan arah strategi pengembangan riset hiperakumulator dan fitoremediasi dengan memperkuat sinergisme antar-disiplin ilmu termasuk fisiologi tumbuhan, genetika molekuler, dan lainnya untuk mempercepat pencapaian hasil-hasil riset.*
Komentar tentang post