Darilaut – Letusan Gunungapi Krakatau pada 27 Agustus 1883 disusul dengan tsunami paling dahsyat. Letusan gunungapi ini yang terbesar dalam sejarah dan tercatat sebagai malapetaka paling merusak.
Seperti ditulis ahli kelautan Dr Anugerah Nontji (1993), letusan disusul tsunami tersebut telah memindahkan kapal uap “Berouw” yang sedang berlabuh di Pelabuhan Teluk Betung.
Di Kota Teluk Betung, tsunami menerjang dengan ketinggian gelombang 20 meter. Di Merak setinggi 40 meter.
Bongkahan batu karang seberat 600 ton tercerabut dan terangkat dari dalam laut. Kemudian dihempaskan ke daratan.
Bunyinya merambat hingga terdengar di Pulau Rodriguwz. Pulau ini terletak 1600 kilometer sebelah timur Madagaskar. Kurang lebih 4.563 kilometer dari Krakatau.
Dua pertiga bagian pulau seluas 5 x 8 kilo meter persegi diterbangkan saat puncak letusan.
Tsunami yang ditimbulkan luar biasa besarnya. Malapetaka akibat gempa dan tsunami ini tak terkira hebatnya. Terutama di pantai Pulau Jawa dan Sumatera yang berdekatan dengan Selat Sunda.
Menurut Nontji, kapal uap Berouw berpindah tempat ke lembah Sungai Kuripan. Jarak kapal terlempar sejauh 3,3 kilo meter dari tempat semula.
Kapal berpindah di ketinggian 9 meter, dengan jarak dari pantai 2,8 kilo meter.
Pelampung (bui) sebagai tempat tambat kapal “Berouw” terlempar di darat, di ketinggian 20 meter. Lokasi ini kemudian dijadikan monumen Krakatau.
Komentar tentang post