Darilaut – Terdapat tiga kelompok besar rumput laut (alga) . Ketiga kelompok tersebut yakni rumput laut hijau, rumput laut merah dan dan rumput laut cokelat.
Mengutip Ugm.ac.id, di antara ketiga kelompok alga tersebut, rumput laut cokelat sebagai jenis yang paling banyak dikonsumsi, sebesar 66,5 persen. Kemudian diikuti oleh rumput laut merah 33 persen, dan rumput laut hijau 5 persen.
“Rumput laut cokelat (Phaeophyceae) dinilai memiliki kandungan fitokimia beragam yang tinggi dan telah berulang kali diklaim memiliki sifat terapeutik yang penting sehingga menjadi kandidat yang bagus untuk digunakan sebagai agen bioaktif di banyak industri, termasuk industri makanan fungsional,” kata Prof. Dr. Amir Husni, saat menyampaikan Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Hasil Perikanan pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, di Balai Senat UGM, Selasa (13/6).
Laporan SeafoodSource memperlihatkan pasar rumput laut global diperkirakan akan tumbuh hingga USD 22,1 miliar pada tahun 2024.
Sementara produk baru mengandung rumput laut yang diluncurkan di pasar Eropa antara tahun 2011 dan 2015 meningkat sebesar 147 persen. Hal ini menjadikan Eropa sebagai kawasan paling inovatif secara global setelah Asia.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan laut secara teratur, termasuk rumput laut, banyak memberikan manfaat untuk kesehatan dan harapan hidup yang lebih lama.
Karena itu, minat memproduksi dan mengonsumsi produk turunan dari rumput laut di Eropa akhir-akhir ini sangat meningkat.
Penelitian dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan bahwa rumput laut telah dianggap sebagai organisme yang memiliki potensi untuk menyediakan zat dan senyawa bioaktif baru yang diperlukan untuk nutrisi dan kesehatan manusia.
Keanekaragaman rumput laut di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi rumput laut Indonesia mencapai 9,12 juta ton pada 2021 dengan nilai produksi sebesar 28,48 triliun rupiah. Nilai tersebut meningkat 6,89 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar 26,65 triliun rupiah (KKP, 2022).
Angka produksi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Sampai saat ini pemanfaatan rumput laut Indonesia belum dilakukan secara optimal, khususnya pemanfaatan sebagai bahan baku untuk produk pangan fungsional yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat.
Padahal, menurut Amir, pangan fungsional merupakan pangan dalam bentuk produk pangan normal yang dikonsumsi sebagai makanan dan minuman yang dapat memberikan efek manfaat bagi kesehatan karena manfaat zat gizi yang dikandungnya.
Sumber daya rumput laut yang besar di Indonesia, sekitar 75 persen diekspor dalam bentuk bahan baku mentah rumput laut kering dan hanya sekitar 25 persen yang dilakukan pengolahan atau sebagai bahan baku industri dalam negeri, ujar Amir.
Komentar tentang post