Program ini untuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami berbasis pada 12 indikator aspek penilaian potensi bahaya (assessment), kesiapsiagaan (preparedness) dan respon yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.
Saat ini telah terdapat 12 Komunitas Tsunami Ready di Samudra Hindia yang diakui Unesco, 10 di antaranya merupakan Komunitas Tsunami Ready dari Indonesia, dan 2 komunitas lainnya dari India.
“Saya berharap jumlahnya akan semakin bertambah dari negara-negara lain,” ujarnya.
Dwikorita juga menyampaikan bahwa ICG/IOTWMS yang dipimpinnya, secara aktif memberikan pendampingan kepada seluruh negara yang memiliki potensi tsunami di Samudra Hindia untuk membangun dan meningkatkan Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi Tsunami di negaranya.
Oman, Seychelles dan Timor Leste adalah contoh dari negara yang mendapatkan dampingan penguatan kapasitas melalui Training Tsunami Ready.
Menurut Dwikorita, peristiwa Tsunami Aceh, Tsunami Palu serta Tsunami Selat Sunda, menunjukkan bahwa selain membangun sistem peringatan dini yang cepat, tepat, dan akurat, juga dibutuhkan kesiapan masyarakat dalam merespon peringatan dini tersebut.
Untuk itu, BMKG terus gencar mengkampanyekan “Early Warning, Early Action” guna semakin meminimalisir risiko yang mungkin ditimbulkan.