Darilaut – Untuk memperkuat sistem peringatan dini dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memadukan modernisasi alat dan teknologi serta kearifan lokal.
Hal ini dapat menjadi langkah efektif untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi di Indonesia.
“Indonesia memiliki banyak sekali pengetahuan lokal yang diwariskan secara turun temurun lintas generasi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Dialog Mitra yang diselenggarakan BMKG untuk memperingati World Tsunami Awareness Day, Jumat (3/11).
Dwikorita mengatakan, teknologi tidak selamanya bisa diandalkan dalam situasi darurat. Dicontohkan saat negara Jepang diguncang gempa bumi dan tsunami Maret 2011 silam.
Meskipun Jepang memilki sistem peringatan dini yang canggih, namun jumlah korban meninggal akibat kejadian tersebut mencapai lebih dari 18.000 jiwa.
Realitas tersebut menunjukkan bahwa teknologi tidak dapat menjamin keandalan sebuah sistem peringatan dini.
Selain melakukan modernisasi alat dan teknologi, kata Dwikorita, BMKG juga terus mendorong pelestarian kearifan lokal masyarakat mengenai bencana alam.
Menurut Dwikorita, Indonesia memilki banyak sekali khasanah pengetahuan lokal mengenai bencana alam.
Di antaranya, Smong di Pulau Simeulue Aceh, Bomba Talu di Palu, Caah Laut di Lebak, dan lain sebagainya. Smong di Aceh bahkan telah terbukti mampu menyelamatkan banyak nyawa saat gempa bumi dan tsunami menghantam pesisir Aceh 2004 silam.