Darilaut – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Prof. Petteri Taalas menyoroti tragedi di Libya yang berdampak buruk akibat cuaca ekstrem di negara-negara rentan. Ini menunjukkan perlunya peringatan dini multi-bahaya yang mencakup semua tingkat pemerintahan dan masyarakat.
Menurut Sekjen WMO, Pusat Meteorologi Nasional Libya memang mengeluarkan peringatan dini atas peristiwa cuaca ekstrem ini, yang mengakibatkan tingkat curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya (414,1 mm dalam 24 jam di satu stasiun) yang menyebabkan banjir bandang dan runtuhnya bendungan.
“Peringatan tersebut dikeluarkan untuk curah hujan tinggi dan banjir, namun tidak mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh bendungan yang sudah tua,” ujar Prof. Taalas dalam pernyataan yang dikeluarkan (14/9).
Fragmentasi mekanisme penanggulangan bencana dan tanggap bencana di negara ini, serta memburuknya infrastruktur, memperburuk besarnya tantangan yang ada.
Situasi politik merupakan pendorong risiko, seperti yang kita lihat di banyak negara saat ini, kata Prof. Taalas.
Pusat Meteorologi Nasional menghadapi kesenjangan besar dalam sistem pengamatannya. Sistem informasi dan teknologi tidak berfungsi dengan baik dan terdapat kekurangan staf yang kronis.