Darilaut – Sosiolog Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Dr. Funco Tanipu mengatakan tantangan Ismail Pakaya sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo lebih kompleks dibanding Hamka Hendra Noer.
“Bahkan jika bisa diprediksi akan semakin kritis,” kata Funco yang mengulas tentang “Hamka, Ismail dan Refleksi Penjabat Gubernur,” Jumat (12/5).
Sejak Ismail Pakaya dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Jumat (12/5) menjadi Penjabat Gubernur Gorontalo, saat itu Hamka Hendra Noer “dicukupkan”.
Ismail, jika berkaca pada pengalaman Hamka, tidak bisa hanya mau “dimiliki” sebagian kalangan, tapi harus semua kalangan. Tentu tidak menutup kemungkinan akan ada banyak klaim-klaim untuk Ismail, apakah itu keluarga satu marga, teman seangkatan, tetangga, teman satu kantor, lingkungan rumah, satu eselon, dan hingga klaim membantu lobby dan sebagainya.
Funco menjelaskan upaya-upaya sebagian kalangan itu terasa biasa, apalagi dalam biduk “Ngala’a” Gorontalo yang semua merasa adalah kepala, dan semua harus diutamakan hingga memiliki serta pada akhirnya meminta bagian.
Dalam konteks sosiologis Gorontalo, menurut Funco, rasa kekeluargaan melintasi hirarki dan bahkan proses normatif (me’e pouda’a). Kalau dianggap normatif dan birokratis dianggap “biloli’o lo huta”, padahal hanya melaksanakan tupoksi sesuai norma birokrasi.
Komentar tentang post