Darilaut – Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo mendesak agar respons terhadap perubahan iklim diatur berdasarkan kesejahteraan generasi mendatang dan bukan kepentingan ekonomi jangka pendek.
“Sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, saya sekarang menyuarakan tanda bahaya mengenai keadaan iklim global,” kata Saulo, seperti dikutip dari News.un.org.
Berdasarkan data dari berbagai lembaga, 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan rata-rata suhu global di dekat permukaan berada pada 1,45°C di atas suhu dasar pra-industri.
Ini dinobatkan sebagai periode sepuluh tahun terpanas yang pernah tercatat.
“Pengetahuan ilmiah tentang perubahan iklim telah ada selama lebih dari lima dekade, namun kita kehilangan banyak peluang,” kata Saulo kepada pers di Jenewa Selasa (19/3).
Perubahan iklim bukan sekadar suhu udara. Pemanasan laut dan kenaikan permukaan air laut yang belum pernah terjadi sebelumnya, penyusutan gletser, dan hilangnya es laut di Antartika juga merupakan bagian dari gambaran suram ini.
Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh WMO pada hari Selasa, rata-rata setiap hari pada tahun 2023, hampir sepertiga permukaan laut dilanda gelombang panas laut, sehingga merugikan ekosistem penting dan sistem pangan.