Darilaut – Synthetic Aperture Radar (SAR) cocok dioperasikan di kawasan yang memiliki distribusi awan yang padat seperti Indonesia.
Sensor SAR dapat diandalkan untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam dan monitoring kondisi infrastruktur negara.
Sensor yang terpasang pada satelit untuk observasi bumi biasanya menggunakan sensor pasif atau optik (kamera) dan sensor aktif, yaitu sensor gelombang mikro. Sensor kamera sangat bergantung pada sinar matahari sehingga penggunaannya terbatas.
Sedangkan sensor aktif atau radar, dapat mengirimkan dan menerima sendiri gelombang mikro yang dipancarkan, sensor ini dapat dioperasikan 24 jam tanpa pengaruh sinar matahari.
Menurut Profesor di Chiba University Jepang, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, di antara 446 satelit yang mengorbit untuk observasi bumi, hanya ada sekitar 15 satelit yang dibekali SAR dan bekerja pada frekuensi L, C, S dan X bands.
“Kebutuhan akan SAR yang akurat, ringan, tangguh (robust), kaya informasi polarisasi, multiplatform untuk pesawat tanpa awak, pesawat terbang, hingga satelit, mendorong saya menciptakan Circularly Polarized Aperture Radar (CP-SAR) yang telah dikembangkan di Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory,” kata Josaphat, seperti dikutip dari Itb.ac.id.
Karya tersebut telah menerima hak paten berjudul “Radar and Radar onboard Satellite” bernomor 7028437.
Komentar tentang post