Pada peringatan 102 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI) di Aula Barat pada Senin (4/7), Prof. Josaphat menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Teknologi Penginderaan Jauh, Kunci Indonesia untuk Memimpin Dunia”.
Prof Josepath mengatakan, CP-SAR telah unjuk gigi di panggung dunia dan turut membantu perancangan dan pembangunan sistem SAR bagi berbagai institusi ruang angkasa dunia, yakni ESA, JAXA, KARI, NSPO, BRIN, dll.
Menurut Prof Josaphat, ini merupakan bentuk diplomasi ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia.
“Kita mempunyai populasi penduduk seperempat dunia. Sudah sewajarnya kita dapat menguasai setidaknya seperempat porsi dunia di segala bidang, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata pendiri Josapath Microwave Remote Sensing Laboratory.
Keunggulan lain sensor SAR adalah dapat menghasilkan informasi intensitas, fase, dan polarisasi.
Meskipun hanya tiga parameter, berbagai informasi turunannya dapat digunakan untuk monitoring bencana, pertanian dan perkebunan, perikanan, infrastruktur, pemetaan sumber daya alam dan pemukiman, serta mendukung One Map Policy, tracking pelintas batas negara, antiteroris, dll.
Contoh aplikasi SAR yang sudah dikembangkan di Josaphat Laboratory adalah pemanfaatan CP-SAR untuk deteksi pesawat terbang yang lebih detail dan akurat dibandingkan radar bandara konvensional saat ini. Nantinya, aplikasi SAR tersebut dapat dimanfaatkan untuk modernisasi radar bandara sebagai pengatur lalu lintas udara.
Komentar tentang post