Sekitar 1,9 juta orang dilanda badai, termasuk lebih dari 975.000 penduduk desa yang mengungsi ke pusat-pusat evakuasi atau rumah kerabat.
Sedikitnya 4.100 rumah dan 16.260 hektar (40.180 acre) padi dan tanaman lainnya rusak oleh banjir pada saat negara itu bersiap menghadapi krisis pangan yang mengancam karena gangguan pasokan global, kata para pejabat.
Sinarimbo mengatakan penghitungan resmi orang hilang tidak termasuk sebagian besar dari mereka yang dikhawatirkan hilang dalam tanah longsor besar yang melanda Kusiong karena seluruh keluarga mungkin telah terkubur dan tidak ada anggota yang tersisa untuk memberikan nama dan rincian kepada pihak berwenang.
Bencana di Kusiong, yang sebagian besar dihuni oleh kelompok etnis minoritas Teduray, sangat tragis karena lebih dari 2.000 penduduk desanya telah melakukan latihan kesiapsiagaan bencana setiap tahun selama beberapa dekade untuk bersiap menghadapi tsunami karena sejarah yang mematikan. Tapi mereka tidak siap menghadapi bahaya yang bisa datang dari Gunung Minandar, di mana desa mereka terletak di kaki bukit, kata Sinarimbo.
“Ketika orang-orang mendengar lonceng peringatan, mereka berlari dan berkumpul di sebuah gereja di tempat yang tinggi,” kata Sinarimbo kepada The Associated Press pada hari Sabtu, mengutip laporan dari penduduk desa Kusiong.
Komentar tentang post