BADAN Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuat analisis tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan analisis Badan Geologi direkomendasikan sebagai berikut:
Pertama, tsunami yang terjadi adalah kasus yang spesial dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian partial collapse pada suatu gunungapi. Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda, baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar Gunung Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan.
Kedua, hingga saat ini erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung, masyarakat di pesisir barat Banten dan pesisir selatan Lampung agar tetap waspada. Untuk sementara waktu tidak beraktivitas di wilayah yang terlanda tsunami hingga kondisi memungkinkan.
Informasi Tsunami
Tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12), berdasarkan pengamatan stasiun pasang surut Badan Informasi Geospasial (BIG) diperoleh informasi mengenai waktu tiba dan tinggi gelombang pertama, sebagai berikut:
Di Stasiun Marina Jambu (Desa Bulakan, Kec. Cinangka, Kab. Serang, Banten) tiba pada pukul 21:27 WIB, dengan ketinggian 1,4 meter.
Komentar tentang post