Jakarta – Perwakilan World Bank Indonesia, Frederico Gil mengatakan, turis asing yang datang ke Indonesia 44 persen memilih objek wisata maritim.
Tetapi para turis tersebut hanya mengeluarkan rata-rata 165 USD untuk pariwisata maritim. “Itu sangat kecil bila dibandingkan dengan Thailand (2.516 USD) dan Maladewa (2.523 USD),” kata Frederico, dalam acara Indonesia Economic Quarterly dengan tema “Ocean of Opportunity” digelar di Jakarta, Senin (1/7) pekan lalu.
Menurut Frederico, pertumbuhan ekonomi Indonesia mempunyai trend yang positif, stabil dan berkelanjutan. Terlebih kebijakan impor haruslah bisa mendorong perekonomian di Indonesia. Yakni dengan berfokus kepada Blue Economy dalam mengatasi sampah plastik, yang diharapkan bisa menghasilkan devisa sebanyak 171 juta USD, dari pariwisata dan perikanan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Banyuwangi termasuk daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, namun sekarang tinggal 7 persen.
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal ditempuh Banyuwangi, seperti misalnya, mendorong pantai menjadi bersih dan tidak semua pantai diperbolehkan untuk dibangun hotel.
“Perubahan perilaku masyarakat agar hidup bersih tidaklah mudah, kami buat semacam fashion show, festival toilet bersih, sehingga mengajak kepada masyarakat untuk berperilaku bersih,” kata Abdullah.
Menurut Abdullah, hasil review dari survei bank indonesia, tingkat kepuasan turis asing yang datang ke kawah ijen di Banyuwangi, menunjukan tingkat kepuasan 70 persen, lebih tinggi dibanding Danau Toba, Jogjakarta, dan Labuan Bajo yang kurang dari 60 persen.
Founder dari Plataran Yozua Makes, menekankan tentang keramahan masyarakat, yang berdampak akan membuat apresiasi dari turis asing terhadap sumber daya manusia menjadi lebih tinggi.
“Dengan edukasi dan juga pengetahuan, terutama terhadap objek wisata alam akan membuat pelayanan pariwisata yang lebih baik,” ujarnya.*
Komentar tentang post