Darilaut – Planet ini sedang menghadapi tiga krisis yang semakin parah: krisis perubahan iklim, krisis alam dan hilangnya lahan, serta krisis polusi dan limbah.
”Krisis ini membayangi setiap orang di planet ini, tanpa memandang kebangsaan, warna kulit, keyakinan atau gender,” kata Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Inger Andersen, saat membuka Sesi ke-6 Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA-6) di Nairobi, Kenya, Senin (26/2).
Forum Sixth United Nations Environment Assembly, kata Inger, sebagai badan pengambil keputusan paling berpengaruh di dunia mengenai lingkungan hidup,” dan secara konsisten menunjukkan kesatuan yang kita perlukan untuk mengatasi krisis ini.
”Kita memerlukan kesatuan tersebut untuk menjaga Bumi seperti yang kita kenal sekarang. Dan tahun ini, majelis tersebut menjadi lebih kuat dan lebih bersatu dari sebelumnya.”
Menurut Inger, melalui kerja keras yang tak kenal lelah dari Komite Perwakilan Tetap Terbuka, 19 resolusi dan dua keputusan telah dibahas. Hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa dedikasi dari Ketua dan Biro Komite, serta para fasilitator kelompok resolusi yang diperdebatkan dalam Komite Terbuka minggu lalu.
Resolusi tersebut dapat mempercepat transisi ke net-zero. Meningkatkan kualitas udara yang kita hirup dan air yang kita minum.