Pada tahun 2023, kata Saulo, gletser mengalami kehilangan massa terbesar dalam lima dekade pencatatan. Ini adalah tahun kedua berturut-turut di mana semua wilayah di dunia dengan gletser melaporkan hilangnya es.
“Mencairnya es dan gletser mengancam keamanan air jangka panjang bagi jutaan orang. Tahun internasional ini harus menjadi peringatan bagi dunia,” ujar Saulo.
Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, mengatakan pelestarian gletser menjadi salah satu tantangan umat manusia yang paling mendesak.
“Formasi es kuno ini bukan hanya air beku – mereka adalah penjaga sejarah iklim planet kita, sumber kehidupan bagi miliaran orang, dan tempat suci bagi banyak budaya. Hilangnya mereka dengan cepat adalah pengingat yang jelas bahwa kita harus bertindak sekarang,” kata Azoulay.
Dampak Global
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamirkan Tahun Internasional Pelestarian Gletser pada Desember 2022, dan menetapkan 21 Maret sebagai Hari Gletser Sedunia.
Hal ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan peran penting gletser, salju, dan es dalam sistem iklim dan siklus hidrologi, serta dampak luas dari pencairan gletser yang cepat, serta pengaruhnya terhadap ekonomi dan masyarakat.
UNESCO dan WMO memimpin Tahun Internasional Pelestarian Gletser dan akan mengoordinasikan upaya internasional yang didukung oleh lebih dari 75 organisasi internasional dan 35 negara.