SUDAH lama para ilmuwan mengenal virus corona. Virus ini berbentuk bulat dengan diameter 100-120 nm.
Untuk pertama kali, pada 1965, virus ini diisolasi dari cairan hidung seorang anak yang menampakan gejala pilek yang disebabkan oleh infeksi Rhinovirus atau virus Influenza.
18 tahun lalu, pada 2002, coronavirus mewabah di China dan menjalar di sejumlah negara. Penyakit ini disebut sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Masyarakat menjadi panik. Kasus ini menghiasi berita utama di sebagian besar media masa dunia. Jumlah korban meninggal karena wabah SARS pada 2003-2004 sebanyak 774 orang. Setelah itu, kasus penyakit SARS seperti terhenti.
Belakangan ini, muncul lagi wujud baru virus corona yang disebut SARS-CoV-2 penyebab pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Penyakit menular ini, hingga 31 Maret 2020 telah menjangkiti warga di 200 negara/tempat.
Untuk mengetahui bagaimana penyakit SARS yang muncul pada 2002 di China, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Andi Utama, menulis tentang Coronavirus dan Penyakit SARS di situs lipi.go.id, 23 April 2003.
Virus Baru
Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS masih menempatkan berita utama di sebagian besar media masa dunia. Bahkan hari demi hari masyarakat semakin panik karena jumlah pasien yang terus bertambah, sementara belum ada cara penanggulangannya. World Health Organization (WHO) telah menunjuk 11 laboratorium di berbagai negara, termasuk National Institute of Infectious Diseases (NIID)-Tokyo dan The Center for Disease Control and Prevention (CDC)-Atlanta, untuk meneliti virus penyebabnya.
Komentar tentang post