Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendukung acara Pelepasan Ekspedisi Pelayaran Kapal Padewakang ke Australia. Kegiatan ini dalam rangka Napak Tilas Sejarah Kemaritiman Indonesia.
“Kapal Padewakang ini merupakan salah satu kapal tradisional yang kemudian berkembang sebagai asal muasal kapal pinisi, tidak ada alat modern kecuali handphone atau telepon genggam. Mereka menggunakan listrik dari solar cell khusus untuk mengisi baterai, memakai lampu teplok dan tembikar untuk keperluan sehari-hari. Hari ini kita akan lepas kapal dalam rangka untuk memperkuat kembali budaya maritim dan persahabatan dengan masyarakat Australia,” ujar Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin dalam sambutan acara pelepasan yang diselenggarakan di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku pada Kamis (23/1).
Menurut Safri, tahun ini genap 250 tahun kedatangan James Cook dari Inggris tiba di Australia. Namun lebih lanjut, jauh sebelum abad 16 sudah ada hubungan perdagangan orang nusantara, yaitu suku Makassar yang lebih dulu sampai di Australia dengan tujuan sederhana, yakni hanya untuk berburu teripang dengan masyarakat suku Aborigin.
“Makanya tugas kita sekarang untuk terus mengingatkan kembali teman-teman pelaut tradisional khususnya pencari teripang bahwa sudah ada batasan negara, agar tidak masuk ke wilayah teritorial Australia,” katanya.
Safri mengatakan perlu adanya pengembangan daerah perbatasan secara revolusioner agar tidak terdapat kesenjangan kesejahteraan ekonomi yang signifikan dengan negara tetangganya.
Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi di Tanimbar, di luar pengembangan industri Gas Alam Masela yang sudah ada, diusulkan agar fokus dalam dua bidang yaitu perikanan dan pariwisata, khususnya perkembangan perikanan budidaya.
Kemenko Marves juga akan mendukung peningkatan infrastruktur yakni pelabuhan dan bandara untuk memperkuat transportasi dan logistik barang. Saya juga sudah berdiskusi dengan Perwakilan Konsulat-Jenderal Australia di Makassar yakni Sam Upritchard, agar mengajak para investor untuk berinvestasi di daerah ini untuk kedua bidang tersebut.
Kegiatan Napak Tilas ini didukung oleh Yayasan Abu Hanifa yang berada di Australia, Pemerintah Australia serta Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves untuk memperkuat kembali hubungan persaudaraan antara Suku Bugis Makassar dengan Suku Aborigin Australia. Hal ini dibuktikan bahwa kapal ini membawa kembali perlengkapan asli sehari-hari seperti tembikar, garam, parang yang merupakan alat tukar seperti yang biasa dilakukan pada abad ke-16 dan ke-17.*
Komentar tentang post