Laut dalam sendiri, kata Intan, merupakan laut yang memiliki kedalaman 2000 meter. Sehingga sangat sedikit cahaya matahari yang masuk, dan memiliki tekanan yang tinggi.
Hal ini yang menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan riset di laut dalam. “Mayoritas laut kita itu justru laut dalam, yang sebenarnya masih belum banyak tereksplorasi, karena memang butuh effort yang lebih besar untuk melakukannya,” katanya.
Ada tiga riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Laut Dalam. Pertama, riset mengenai lingkungan untuk mengetahui dan memahami tentang dinamika kehidupan di laut dalam. Termasuk juga arus airnya, tekanannya, dan sebagainya.
Kedua, riset mengenai bioprospeksi laut, sebagai upaya secara ilmiah untuk mencari dan mengeksplorasi sumber biologi dan genetik lokal yang bertujuan untuk membawa biodiversitas menjadi produk komersial. Termasuk dalam pencarian dan pemanfaatan ventilasi hidrothermal, hingga lokasi lingkungan yang unik dan ekstrim.
Ketiga, riset mengenai konektivitas antara laut dalam, pesisir pantai, dan juga daratan. Di mana, memiliki hubungan yang berantai dan saling berpengaruh satu sama lain.
“Perubahan yang terjadi di laut dalam itu datangnya dari atas laut seperti dari pesisir, jadi permasalahan di laut dalam tidak bisa lepas dari polusi yang terjadi di pesisir dan daratan, termasuk juga adanya misalnya plastik yang membuat ekosistem laut dalam menjadi rusak,” ujarnya.
Komentar tentang post