TIM Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa telah melayari sejumlah pulau-pulau di Provinsi Maluku. Salah satunya, di pulau Liran, Maluku Barat Daya.
Banyak yang tidak mengetahui kondisi nelayan Indonesia di pulau yang berbatasan dengan negara tetangga, Timor Leste itu. Pulau Liran, tercatat sebagai titik singgah ke 41, yang dilayari tim Ekspedisi.
Seperti apa kondisi nelayan di Pulau Liran? Tim Ekspedisi kemudian menemui sejumlah nelayan di Pulau Liran.
Raut kegelisahan terpancar di wajah Yonatan Mapetung, nelayan pulau Liran. Soalnya,
seiring dengan waktu, kian sulit nelayan Liran memasarkan hasil tangkapannya ke Atauro, Timor Leste, atau dikenal dengan nama Pulau Kambing –sebelum lepas dari RI.
Dulu, dengan mudah nelayan Liran menjual hasil tangkapan ikan di Pulau Kambing. Bila cuaca di laut bergelombang, dua minggu sekali, nelayan menjual tangkapan ikannya di Atauro.
Bila cuaca baik, dalam waktu empat hari, nelayan menjual hasil tangkapannya ke Atauro. Cukup satu jam perjalanan laut, nelayan sudah tiba di pulau Kambing.
Menurut Yonatan, dulu, sebelum berpisah dengan RI, untuk ke Atauro cuma membawa ikan, tanpa harus dilengkapi dokumen surat-surat apapun. Nelayan kemudian berbelanja sembako.
Sekarang, petugas KP3 (Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan), Polair dan TNI Angkatan Laut meminta agar nelayan membawa surat jalan dari desa.
Komentar tentang post