32 TAHUN LALU, Phinisi Nusantara berlayar dari Makassar menuju Tanjung Priok, Jakarta. Kapal layar motor (KLM) ini akan mengikuti Vancouver Expo 86 di Kanada.
Capt Gita Ardjakusuma sebagai nakhoda sukses berlayar bersama sebelas anak buah kapal (ABK), termasuk dua wartawan (satu dari Kanada dan Pius Caro dari Kompas).
Kini, di usia 74 tahun, Capt Gita masih bersemangat untuk berlayar. Seperti pelayaran yang dilakukan Capt Gita bersama tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa (EPBN).
KLM Pinisi Pusaka Indonesia yang digunakan untuk berlayar bertolak dari Anjungan Pantai Losari Makassar Selasa (18/12) dini hari, pukul 02.05 Wita. Pukul 18.00 kapal berlabuh di Pelabuhan Bira, Bulukumba.
Tiba di Pelabuhan, Capt Gita disambut Muhammad Hatta, salah satu anak buah kapal yang bersama-sama mengarungi Samudera Pasifik ke Vancouver.
Suasana mengharukan terlihat di dermaga Bira. Dengan mata berkaca-kaca, Capt Gita dan Hatta saling berjabat tangan dan berpelukan.

Bukan hanya antara Capt Gita dan Hatta, tim EPBN Makassar ke Bulukumba hanyut dalam suasana haru saat matahari baru saja terbenam.
Pada 1986, usia Hatta yang mengikuti pelayaran tersebut 26 tahun. Kini usia Hatta 58 tahun.
Dalam ekspedisi ini, sebanyak lima anak buah kapal dari Tana Beru, Bulukumba, ikut dalam pelayaran.
Kapal pinisi ini berlayar dari Makassar ke Jakarta. Kemudian, dari Jakarta melewati Bitung, Sangihe Talaud dan Filipina. Kapal pinisi mengambil posisi ke Honolulu (Hawaii), terus ke Vancouver dan San Diego Amerika Serikat. Pelayaran ditempuh selama 69 hari.
Menurut ahli kelautan Dr Anugerah Nontji (2009, 2017), mulanya rencana mengirim perahu layar tradisional ini ke Kanada banyak ditanggapi dengan sinis oleh berbagai kalangan. Banyak media yang menyebut pelayaran perahu Phinisi Nusantara ini bagaikan proyek melayarkan peti mati saja.

Terbukti kemudian, kata Nontji, perahu Phinisi Nusantara dapat mewujudkan rencana itu dengan gemilang, menepis segala keraguan.
Perahu Phinisi Nusantara dibuat perahu tradisional di Tanah Beru. Lebih dari 20 orang perajin terlibat dalam pembuatan perahu layar ini selama tiga bulan. Perahu layar ini berbobot mati 120 DWT (Dead Weight Ton), dengan panjang 37,5 meter dan lebar maksimum delapan meter.
Capt Gita sebagai nakhoda adalah perwira TNI-AL. Pada 1967, pernah melakukan pelayaran muhibah dengan KRI Dewa Rutji. Selanjutnya, tahun 1974, berlayar dari Keelung (Taiwan) menuju Tanjung Priok Jakarta dengan Yacht “Java Doll” milik atase Angkatan Laut, Kedutaan Amerika.
Pada 1986, Gita sebagai nakhoda “Phinisi Nusantara” untuk pelayaran dari Makassar-Tanjung Priok-Vancouver Expo/Kanada-San Diego Amerika.
Tahun 1992 sebagai tim nasional layar Indonesia “Sea Games Manila”. 1990-1994, sebagai skipper, Gita mengikuti lomba layar Darwin-Ambon sebanyak empat kali. Selanjutnya, pada 1994 sebagai observer lomba layar Sidney – Hobart dengan kapal layar latih Angkatan Laut Australia “STS Young Endevour.”

Pada 1995, Gita menjadi ketua bidang lomba Tall Ship Arung Samudera untuk peringatan kemerdekaan RI ke 50. Antara 1996 – 1999, instruktur kapal layar latih Angkatan Laut KRI Dewa Rutji.
Selanjutnya, 2002 – 2005 mengikuti Race Committee pada International Sail Trainning Association – London. Dari tahun 1994 hingga 2009, Gita sebagai staf ahli penasehat KASAL bidang pelayaran.*
Komentar tentang post