Darilaut – Cumi-cumi memiliki kemampuan untuk memancarkan cahaya yang disebut bioluminesensi.
Bioluminesensi adalah suatu fenomena pancaran cahaya tanpa mengeluarkan panas melalui proses reaksi kimia pada suatu organ organisme hidup.
Pancaran cahaya tersebut dapat dijumpai pada beberapa kelompok organisme. Seperti pada bakteri, jamur, plankton (algae), insekta (serangga), invertebrata (cumi/cephalopoda) dan vertebrata (ikan)
Peranan pancaran cahaya masing-masing organisme berbeda-beda pula.
Seperti pada hewan cephalopoda, fungsi organ cahaya berfungsi untuk penyamaran dirinya. Sehingga akan membingungkan dan menyilaukan lawannya, serta komunikasi dengan hewan lainnya.
Pengobatan
Pemanfaatan cumi-cumi di Indonesia masih sangat terbatas pada ekspor bahan baku dalam bentuk segar, kering, dan beku.
Namun di negara lain, seperti Jepang, cumi-cumi telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan untuk peningkat cita rasa yang berfungsi bagi kesehatan.
Selain itu, cumi-cumi berpotensi sebagai penyusun kulit buatan dalam aplikasi biomedik berupa plastik untuk implan dan karbon fiber karena bersifat kuat dan ringan.
Cumi-cumi mengandung metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai bahan baku obat seperti antiinflamasi, antihipertensi, antidiabetes, dan antimikroba.
Selain daging yang kaya protein, tinta cumi-cumi juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Selama ini, di Indonesia, tinta cumi-cumi belum banyak dimanfaatkan. Padahal di dalam tinta cumi-cumi mengandung protein sekitar 10,88 persen.
Tinta cumi-cumi dapat berperan sebagai obat pelindung sel pada pengobatan kanker dengan cara kemoterapi, melalui peningkatan jumlah sel leukosit dan sel nukleat sum-sum tulang, yang jumlahnya menurun akibat penggunaan obat pembunuh sel tumor tersebut.
Melanin dari tinta cumi-cumi mempunyai aktivitas anti tumor dengan menghambat aktivitas plasmin untuk meningkatkan thromboxan dan meningkatkan sistem imun untuk membunuh sel kanker.
Pengembangan sektor perikanan khususnya cumi-cumi di Indonesia diharapkan bukan hanya sekadar bahan baku pangan, melainkan juga dapat diaplikasikan sebagai bahan baku industri biomedik, farmaseutikal, nutraseutikal yang bermanfaat bagi kesehatan.
Sebagai catatan, meski mengandung gizi yang cukup lengkap, sebaiknya tidak memakan cumi-cumi secara berlebihan.
Konsumsi berlebihan dapat menimbulkan efek kurang baik bagi tubuh. Hal ini disebabkan cumi-cumi mengandung kolesterol yang cukup tinggi.
Sumber:
Bambang Sudjoko, Cumi-cumi (Cephalopoda, Moluska) Sebagai Salah Satu Bahan Makanan Dari Laut,
Oseana, Volume XIII, Nomor 3: 97 – 107, 1988.
Diah Anggraini Wulandari, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan judul “Peranan Cumi-Cumi Bagi Kesehatan.” Jurnal Oseana, Volume XLIII, Nomor 3 Tahun 2018: 52 – 60.
Komentar tentang post