Ikan-ikan tersebut mendapat manfaat perlindungan dari serangan predator dengan berada di dekat tentakel ubur-ubur api.
Selain itu, ikan-ikan tersebut diketahui memakan sisa-sisa makanan dan tentakel regeneratif tanpa menyakiti ubur-ubur api. Atas dasar tersebut, para peneliti meyakini adanya simbiosis komensalisme antara ubur-ubur api dan ikan-ikan tersebut.
Sebagai hewan pleustonik, ubur-ubur api dihadapkan pada beberapa kondisi lingkungan yang ekstrem (critical situation) di permukaan laut. Misalnya paparan intens sinar ultra-violet, suhu tinggi, penguapan cairan tubuh (dessication), dan gelombang ombak.
Berada di permukaan air juga membuat ubur-ubur api menjadi target yang mudah dilihat oleh predator. Walau demikian, warna ubur-ubur api yang transparan memberikan keuntungan untuk berkamuflase menyerupai warna air laut.
Sumber: Mochamad Ramdhan Firdaus, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dengan judul “Aspek Biologi Ubur-ubur Api, Physalia physalis (LINNAEUS, 1758)“. Jurnal Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 50–68.
Komentar tentang post