Darilaut – Spesiasi geografis secara teori dikenal dengan sebutan spesiasi alopatrik. Spesiasi alopatrik terbentuk ketika populasi biologi dari spesies yang sama menjadi terisolasi karena perubahan geografis.
Contohnya, menurut peneliti Fione Yukita Yalindua, seperti pembentukan gunung, pergeseran lempeng, pembentukan pulau baru atau perubahan sosial seperti emigrasi.
Jika dibandingkan dengan Biological Species Concept (BSC) yang merupakan individual yang secara alami dapat kawin dan memproduksi keturunan yang fertil, maka spesies yang terbentuk secara alopatrik mengalami isolasi secara post-zygotic pada sistem reproduksinya.
Hal ini mengakibatkan spesies yang terisolasi secara alopatrik tidak mampu untuk bereproduksi secara seksual dengan spesies yang terpisah darinya saat proses alopatrik terjadi.
Walaupun pada kenyataannya ada beberapa bukti ditemukannya vertebrata dan invertebrata yang tidak mengalami isolasi reproduksi walaupun telah mengalami spesiasi secara alopatrik.
Penggunaan model ini dalam mempelajari mengenai spesiasi ikan masih dipertanyakan karena kondisi laut yang besar dan mempunyai sedikit barrier atau batasan ditambah dengan kemampuan ikan yang awal reproduksinya berupa larva yang bisa terdispersi/tersebar di seluruh bagian laut.
Salah satu bukti yang mendukung spesiasi ikan karang dengan teori ini adalah spesiasi allopatrik karena terpisahnya populasi spesies akibat batasan geografis karena peristiwa alam (vicariance).
Peristiwa karena batasan geografis ini diakibatkan oleh naiknya pulau Isthmus Panama sehingga memisahan ikan-karang dari Laut Karibia dan Kawasan Pasifik Timur sekitar 3 juta tahun yang lalu.
Selain peristiwa isolasi geografis karena alam (vicariance) di beberapa kasus, peristiwa penyebaran/dispersal larva yang langka dapat mengarah pada kolonisasi pada area yang jauh dari asalnya yang mengarah pada aliran gen yang terisolasi dengan populasi awal.
Beberapa contoh kasus yang terjadi akibat dispersal contohnya antara ikan karang di pulau-pulau kawasan Pasifik Tengah dibandingkan dengan ikan yang memiliki tingat endemisitas yang tinggi seperti Pulau Hawai dan Marquesas.
Pada wilayah perairan Hindia Timur, selama kurun waktu 700.000 tahun telah terjadi tiga kali period glasial yang telah menurunkan permukaan laut yang mengisolasi Selat Torres, Selat Maluku dan Selat Sunda yang dapat berkontribusi terhadap spesiasi alopatrik karena faktor dispersal dan kolonisasi.
Contoh lain dari penelitian yang mendukung spesiasi alopatrik adalah ditemukannya spesies ikan karang yang memiliki kekerabatan yang dekat pada lokasi-lokasi yang kemungkinan menjadi wilayah terjadinya spesiasi alopatrik yang dinamakan dengan spesies geminate atau sering juga disebut dengan sister spesies (lihat gambar).
Sister spesies merupakan istilah yang digunakan untuk dua spesies yang sebelumnya merupakan spesies yang sama namun mengalami pemisahan dalam proses evolusi, sehingga secara genetis memiliki kekerabatan paling dekat.
Sister spesies (berkerabat paling dekat) yang ditemukan pada habitat geografis yang berbeda dapat membuktikan fenomena spesiasi alopatrik dan dapat menjelaskan kemungkinan spesies tersebut berevolusi menjadi spesies yang berbeda ketika dua lautan terpisah, contohnya seperti yang terjadi pada beberapa spesies dalam genus Amphiprion dan Siganus.
Teori ini juga didukung oleh Leray et al (2010) yang mendukung spesiasi alopatrik setelah melakukan evaluasi terhadap Dascyllus trimaculatus di kawasan Indo-Pasifik menggunakan kombinasi DNA mitokondria dan DNA nukleus, hasil analisis menunjukkan pengelompokan spesies ini berdasarkan wilayah geografis yang berbeda.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan terjadinya spesiasi alopatrik dengan berdasarkan adanya sister spesies yang terpisah secara geografis, dan tidak tumpang tindih pada wilayah geografis yang sama.
Contohnya dari famili Chaetodontidae seperti Chaetodon trifasciatus yang hanya tersebar di laut Hindia termasuk di dalamnya pulau NTT dan Sumatera dan Chaetodon lunulatus yang tersebar di lautan Pasifik termasuk Papua New Guinea, sampai Filipina dan Jepang.
Chaetodon falcula di Lautan Hindia (Bagian Barat Indonesia) dan Chaetodon ulietensis di Lautan Pasifik (Indonesia, Filipina, Jepang).
Chaetodon guttatissimus (Lautan Hindia) dan Chaetodon puctatofasciatus (Lautan Pasifik), Chaetodon madagascariensis (Lautan Hindia) dan Chaetodon xanthurus (Lautan Pasifik di antaranya Indonesia, Filipina sampai Jepang).
Terdapat banyak contoh lain sister spesies dari famili ikan karang lain yang menunjukkan batasan antara lautan Hindia dan Pasifik misalnya Naso literatus dan Naso elegans (Acanthuridae), Bodianus diana dan Bodianus dictynna (Labridae) dan masih banyak lagi.
Sumber:
Fione Yukita Yalindua, jurnal Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021 dengan judul “Spesiasi dan Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang.”
Komentar tentang post