Untuk kasus yang tidak tergolong ke dalam semua definisi kasus tersebut, kata Syahril, didefinisikan sebagai discarded.
Discarded yaitu hepatitis akut (virus hepatitis A E) yang terdeteksi, atau etiologi lain yang terdeteksi.
Merespon hepatitis akut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait dalam melakukan kegiatan riset.
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Ni Luh P. Indi Dharmayanti mengatakan, setidaknya ada 9 kegiatan riset yang akan dilakukan BRIN.
Pertama, melakukan analisis molekuler dan diversitas genetik penyebab hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.
Kemudian, dengan kapasitas peralatan yang sangat lengkap, akan melakukan whole genome sequencing, untuk dapat memahami epidemiologi dan fenotipe hepatitis akut.
BRIN juga akan melakukan riset metagenomik pada darah dan jaringan, pengembangan perangkat diagnostik, riset deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit hepatik akut, eksplorasi dan pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional untuk hepatoprotektor, serta penegakan diagnostik dan pengembangan terapi (termasuk uji klinik obat).
“Seperti halnya kasus Covid, kemungkinan akan ada obat-obatan dari luar yang akan diujikan di Indonesia. Seharusnya BRIN juga terlibat dalam upaya tersebut bersama Kemenkes,” katanya.
Komentar tentang post