Tumbuhan Zingiberaceae di Sulawesi Tengah Kandidat Obat Anti-HIV

FOTO: Institute of Tropical Disease/NEWS.UNAIR.AC.ID

Darilaut – Peneliti HIV Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) sedang mengkaji potensi tumbuhan Zingiberaceae sebagai kandidat obat anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Seperti dilansir News.unair.ac.id, kajian kandidat obat anti-HIV ini bekerjasama dengan peneliti Apotek Bahan Alami, Departemen Farmasi Universitas Tadulako (Untad) Palu.

Peneliti HIV-1/AIDS ITD Siti Qamariyah Khairunisa, mengatakan, tim peneliti Universitas Tadulako berkontribusi dalam ekstraksi dan karakterisasi senyawa dari Zingiberaceae. Sementara tim peneliti dari Laboratorium HIV ITD Unair merupakan satu-satunya laboratorium di Indonesia yang memiliki isolat HIV.

Hal ini berkontribusi untuk melakukan pengujian obat anti-HIV secara in-vitro. Laboratorium HIV ITD Unair dipimpin Prof Dr Nasronudin. Selain itu, FINASIM juga memberikan sampel dari pasien HIV untuk penelitian.

Zingiberaceae adalah herbal yang kebanyakan tumbuh di iklim subtropis dan tropis Asia dan Pasifik.
Menurut Siti, tanaman ini dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Sulawesi Tengah.

Tanaman ini telah digunakan secara tradisional oleh suku Topo Baria untuk obat, penyedap makanan, dan pembungkus makanan.

“Ada tiga spesies endemik tumbuhan Zingiberaceae di Sulawesi Tengah, yaitu Alpinia eremochlamys K. Schum, Etlingera flexuosa AD Poulsen, dan Etlingera acanthoides AD Poulsen,” ujar Siti seperti dikutip dari News.unair.ac.id.

Siti mengatakan, dalam penelitian tanaman Zingiberaceae, ekstrak metanol rimpang Alpinia galanga menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat terhadap HIV-1 PR.

Selanjutnya, 19S-19-Acetoxychavicol acetate, yang diisolasi dari Alpinia galanga, dilaporkan menghambat transpor Rev. Sehingga menghambat replikasi HIV tipe 1. (E)-Labda-8(17),12-diene-15, 16-dial dari Alpinia zerumbet memiliki efek penghambatan pada HIV-integrase.

Menurut Siti, Zerumbone sebagai senyawa utama dari Zingiber zerumbet dan Zingiber aromaticum, juga dilaporkan dapat menghambat HIV.

Kandidat anti-HIV pada tanaman obat Zingiberaceae, Alpinia eremochlamys, Etlingera exuosa, dan Etlingera acanthoides dilakukan secara in vitro di laboratorium HIV/AIDS ITD Unair.

Pengujian ini menggunakan fasilitas laboratorium berstandar tinggi, Biosafety Laboratory Level 3 (BSL3).

Tahapannya kata Siti, meliputi ekstraksi senyawa, karakterisasi senyawa, uji toksisitas dan uji aktivitas anti HIV menggunakan limfosit (sel T) dan HIV yang diisolasi dari pasien HIV tipe 1.

Menurut Siti, berdasarkan hasil penapisan anti virus, ekstrak etanol rimpang E. acanthoides dan A. eremochlamys berpotensi menghambat replikasi HIV-1 pada sel MT-4 secara in vitro.

Selain itu, rimpang E. acanthoides menunjukkan aktivitas antivirus terbaik dengan IC50 terendah, toksisitas lebih rendah, dan indeks selektivitas tertinggi di antara kandidat anti-HIV lainnya.

Siti mengatakan keberadaan senyawa terpenoid seperti zerumbone, ar-turmerone, caryophyllene, dan caryophyllene oxide, serta beberapa asam lemak jenuh dan tidak jenuh berpotensi untuk aktivitas antivirus.

Tercatat , hingga 2019, sekitar 38 juta orang mengidap HIV, dan 690.000 orang meninggal dunia akibat penyakit terkait AIDS.

Sehingga perlu menggunakan obat yang dikenal sebagai antiretroviral (ARVs) dengan regimen dosis yang kompleks. Namun, penggunaan ARV yang berkepanjangan menyebabkan beberapa efek samping, termasuk resistensi obat/ARV.

Exit mobile version