redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Konservasi » Ada 4 Jenis Babirusa, 1 Telah Punah

Ada 4 Jenis Babirusa, 1 Telah Punah

redaksi redaksi
29 Juni 2021
Kategori : Konservasi
Kawanan Babirusa (Babyrousa celebensis) mengunjungi tempat berasa garam untuk mendapatkan mineral dalam membantu pencernaannya di kawasan Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo. FOTO: DARILAUT.ID

Kawanan Babirusa (Babyrousa celebensis) mengunjungi tempat berasa garam untuk mendapatkan mineral dalam membantu pencernaannya di kawasan Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Secara alami, babirusa adalah hewan endemik Sulawesi dan beberapa pulau kecil di Kepulauan Togian, Kepulauan Sula dan Pulau Buru. Terdapat 4 jenis babirusa dan 1 spesies telah dinyatakan punah.

Menurut dosen di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Univeristy Dr Abdul Haris Mustari, pada awalnya secara taksonomi hanya dikenal satu spesies babirusa, dengan nama ilmiah Babyrousa babyrussa.

Babirusa ini terdiri dari tiga sub spesies yaitu Babyrousa babyrussa celebensis di Sulawesi daratan, Babyrousa babyrussa togeanensis di Kepulauan Togean dan Babyrousa babyrussa babyrussa di Pulau Buru dan Kepulaun Sula.

Terdapat pula sub spesies babirusa yang sudah punah, yang hanya ditemukan dalam bentuk fosil yaitu Babyrousa babyrussa bolabatuensis. Babirusa ini fosilnya ditemukan di situs Bolabatue, Sulawesi Selatan. Karena itu, nama spesiesnya bolabatuensis.

Dalam buku “Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi” yang ditulis Mustari (2020) diterbitkan IPB Press, terdapat perbedaan morfologi pada sub spesies babirusa tersebut. Groves dan Meijaard (2002) menyatakan keempat sub spesies tersebut adalah spesies yang berbeda.

Kemudian diusulkan menjadi Babyrousa celebensis, B. togeanensis, B. babyrussa, dan B. bolabatuensis.

Berdasarkan deskripsi morfologi setiap spesies, Babirusa sulawesi/Sulawesi Babirusa (Babyrousa celebensis) penyebarannya di Sulawesi daratan (Sulawesi mainland). Memiliki ciri tubuh pendek dan rambutnya jarang sehingga tampak telanjang dari kejauhan.

Ciri lainnya, memiliki ekor pendek dan berumbai di ujungnya, gigi taring atas pada jantan pada umumnya panjang dan tebal, dengan gigi taring atas muncul secara vertikal. Ukuran tubuhnya cukup besar.

Spesies babirusa berbulu lebat/Hairy Babirusa atau Babyrousa babyrussa terdapat di Kepulauan Sula dan Pulau Buru. Memiliki rambut pada tubuh tumbuh panjang dan tebal, serta ekor berkembang dengan baik.

Gigi taring atas pada jantan biasanya pendek. Gigi taring atas umumnya berbeda atau sejajar satu sama lain, ukuran tubuhnya kecil dengan ukuran gigi yang kecil pula.

Spesies babirusa togean/Togean Babirusa atau Babyrousa togeanensis terdapat di Pulau Malenge, Talatakoh, Togean dan Batudaka di Kepulauan Togean. Memiliki rambut pada tubuh pendek dan jarang dibanding Babyrousa babyrussa.

Ekor berkembang dengan baik, gigi taring atas pada jantan biasanya pendek, ramping. Babirusa ini berukuran terbesar, namun giginya kecil.

Kemudian, spesies babirusa Bolabatu/Bolabatu Babirusa atau Babyrousa bolabatuensis telah dinyatakan punah. Hanya ditemukan dalam bentuk fosil di semenanjung selatan Sulawesi.

Mustari banyak melakukan penelitian antara lain mengenai keanekaragaman hayati dan konservasi di Bio-Region Wallacea.

Menurut Mustari mengenai penyebaran alami babirusa di Sulawesi bagian utara dan Gorontalo, satwa ini hanya dapat ditemukan di bagian barat di kawasan Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone, Suaka Margasatwa Nantu dan Pegunungan Boliyohuto, dan Cagar Alam Panua.

Populasi babirusa juga ditemukan di sebelah barat pada hutan-hutan yang masih tersisa di Randangan dan daerah Buol Toli-Toli yang merupakan batas paling barat dari penyebaran di Sulawesi.

Di Sulawesi Tengah babirusa terdapat di Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Morowali dan di daerah Luwuk dan Balantak.

Di Sulawesi Selatan, babirusa dapat dijumpai di bagian utara provinsi ini di kawasan hutan yang berbatasan dengan Sulawesi Tengah, Cagar Alam Faruhumpenai.

Di Sulawesi Tenggara, babirusa terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa Watumahai, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa.

Sementara di Kepulauan Togean, Babyrousa togeanensis terdapat di empat pulau yaitu Pulau Malenge, Talatakoh, Togean dan Batudaka.

Selanjutnya di Maluku dan Maluku Utara, babirusa terdapat di Pulau Buru dan Kepulauan Sula (Taliabu dan Xanana).

Habitat babirusa adalah hutan hujan dataran rendah. Satwa ini menyukai kawasan hutan di mana terdapat aliran sungai, sumber air, rawa, dan cerukan-cerukan air yang memungkinkannya mendapatkan air minum dan berkubang.

Babirusa mengunjungi mata air dan tempat asin yang berasa garam (salt lick) secara teratur. Hal ini untuk mendapatkan garam-garam mineral untuk membantu pencernaannya.

Babirusa sering terlihat mandi di kubangan yang airnya agak bersih dan tidak becek, dan pada musim panas sering terlihat berendam di sungai.

Babirusa sering mengunjungi sumber air panas yang kaya akan mineral seperti yang terdapat di Suaka Margasatwa Nantu di Gorontalo.

Berdasarkan PermenLHK No.P.106/2018 tiga spesies babirusa ini dilindungi pemerintah RI.

Sementara menurut IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) status konservasi Babyrousa celebensis (VU), B. togeanensis (EN), dan B. babyrussa (VU).

Status konservasi IUCN Red List kategori Endangered (EN: Terancam) adalah status kosnervasi untuk spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat. Vulnerable (VU: Rentan) merupakan status konservasi untuk kategori spesies yang menghadapi risiko kepunahan di alam liar di waktu yang akan datang.

Menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam babirusa masuk Appendix I.

Tags: BabirusagorontaloIPB UniversitySuaka Margasatwa NantuTogean
Bagikan4Tweet3KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ekosistem terumbu karang. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Ini 6 Alasan Mengapa Terumbu Karang Patut Dilindungi

18 Januari 2023
Salah satu desa di Kepulauan Togean. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Wisatawan yang Berkunjung di Kawasan Konservasi Meningkat

16 Januari 2023
Struktur permeabel dengan pertumbuhan kembali mangrove secara alami di pesisir Demak, Jawa Tengah. FOTO: WITTEVEEN+BOS/Building with Nature in Demak
Berita

PBB Mengakui 10 Inisiatif Perintis Memulihkan Alam, Salah Satunya di Indonesia

19 Desember 2022
Next Post
Masker. FOTO: DARILAUT.ID

Solusi Limbah Masker

MyOcean/COPERNICUS

MyOcean, Aplikasi Gratis Data Kondisi Laut

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Mengenal Garam Gourmet di Bali Utara

Ada Peningkatan Amplitudo Gempa Tremor di Gunung Api Kerinci

Zulficar Mochtar Mundur Dari KKP, Dukungan dan Doa Terus Mengalir

428 Sensor Seismograf Telah Terpasang di Indonesia

Hasil Studi Terbaru, Kemunculan Hiu Basking Menurun

Gudang Penyimpanan Ikan Penuh, Permintaan Dari Luar Negeri Turun 30 Persen

TERBARU

Paus Bryde Ditemukan Membusuk di Pantai Badung

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

Kapal Berhati-hati, Gunung Api Myojinsho Kemungkinan Akan Meletus

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk