Menyoroti pentingnya kawasan segitiga terumbu karang dalam membentuk biodiversitas baru melalui mekanisme spesiasi in-situ. Hal ini dibuktikan dengan melimpahnya spesies Gobiidae dan umur spesiasi spesies dalam famili Gobiidae yang masih tergolong baru/muda.
Model pusat tumpang tindih menegaskan tingginya diversitas spesies di segitiga terumbu karang sebagai hasil dari tumpang tindih, yaitu campuran fauna dari samudera Pasifik dan Hindia sebagai akibat dari proses mekanisme isolasi yang terjadi pada batas lautan Indo-Pasifik yang memisahkan kedua samudera tersebut pada saat terjadi fenomena penurunan air laut di masa lalu.
Menurut Gaither and Rocha (2013), mekanisme isolasi terjadi di wilayah paparan Sunda dan Sahul (Indonesia), Malaysia dan Australia Utara yang dikenal dengan wilayah batas Indo-Pasifik (Indo-Pasific Barrier).
Dalam model ini spesies ikan karang dari Pasifik dan Hindia mengalami isolasi dan spesiasi ketika terjadi penurunan permukaan air di masa lalu yang memisahkan kedua wilayah tersebut. Ketika massa air laut kembali naik, sister spesies yang terbentuk dan semula terpisah mulai terdispersi kembali dan mengalami tumpang tindih (overlap) di wilayah segitiga terumbu karang (Bellwood & Meyer, 2009).
Beberapa contoh penelitian yang mendukung model pusat tumpang tindih telah dilakukan oleh beberapa ahli dengan menggunakan studi dengan pendekatan genetika molekular/ filogeografi, yaitu pada Linckia laevigata.
Komentar tentang post