13 Juta Ton Plastik Terbuang ke Lautan

Sampah plastik di pinggiran pantai. FOTO: DARILAUT.ID

Jakarta – Sebanyak 13 juta ton sampah plastik terbuang ke lautan. United Nations Development Programme – UNDP (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan) memperkirakan 13 juta ton sampah plastik tersebut berdampak mengganggu lingkungan hidup di seluruh dunia setiap tahunnya.

Karena itu, Kementerian Perindustrian bersama UNDP mengajak seluruh pihak di Indonesia agar bisa saling bersinergi melakukan tindakan dalam mengurangi polusi plastik. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan penanganan sampah plastik ini merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Secara garis besar, menurut Ngakan, dapat dilakukan tiga cara dalam upaya menekan sampah plastik. Pertama, meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, kedua menggunakan material alternatif yang lebih mudah terurai. Ketiga, melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi.

Untuk mengurangi sampah kantong plastik, penggunaan plastik urai hayati (biodegradable plastic) bisa menjadi salah satu solusi. Namun itu belum begitu popular di kalangan non-retail. Harganya dianggap masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan plastik konvensional.

Tidak hanya teknologi plastik urai hayati saja yang menjanjikan perubahan pola konsumsi plastik di masyarakat. Kemasan siap makan (edible coating) juga mulai berkembang dan digunakan.

Kemasan tersebut sifat materialnya seperti plastik dan berfungsi seperti plastik yang lazim digunakan pada industri makanan. Bahan edible coating ini biasanya dari material nabati seperti tapioka yang dipastikan lebih ramah lingkungan, dan tentunya bisa dimakan (edible).

Teknologi di masa depan akan dapat membantu memecahkan masalah plastik. Namun memasukkan plastik ke dalam circular economy merupakan salah satu solusi tercepat saat ini. “Contoh sederhana peran masyarakat dalam circular economy tersebut dengan membawa kemasan sisa produk atau produk yang tidak terpakai ke dalam collecting point,” kata Ngakan dalam siaran pers Kemenperin.

Ngakan menyebutkan, salah satu merek kosmetika ternama telah memberikan reward berupa poin kepada konsumen yang mengembalikan kemasan kosmetik bekas pakai. Poin tersebut yang bisa ditukarkan dalam rupiah yang bisa dibelanjakan kembali untuk produk-produk dari merk tersebut.

Inisiasi lainnya adalah pengurangan sedotan plastik yang sedang digalakkan franchise restoran cepat saji terkenal di Indonesia. Gerakan tersebut menciptakan peluang baru, yakni pembuatan sedotan yang bisa dipakai berkali-kali, yang ternyata juga melahirkan kreativitas. “Sekarang sudah ada yang menjual sedotan berbahan logam atau bambu, bahkan desainnya banyak yang unik,” ujar Ngakan.

Senior Programme Manager UNDP Indonesia, Anton Sri Probiyantono menjelaskan risiko yang ditimbulkan polusi plastik terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia telah mendorong masyarakat internasional untuk bertindak melalui gerakan global “Beat Plastic Pollution” dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni.

“Kami ingin mendorong semua orang untuk mulai melakukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelamatkan lingkungan hidup,” ujarnya.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup (Puslitbang IHLH) Kemenperin Teddy Caster Sianturi, mengatakan plastik merupakan hasil revolusi industri yang memegang peranan penting dalam merevolusi hidup manusia. Plastik berperan dalam segala bidang mulai dari otomotif, elektronika, pangan, dan masih banyak lagi.

Teddy mengatakan, salah jika mengatakan “bye bye plastic”, karena yang diperlukan adalah bagaimana memanajemen sampah plastik. Membakar plastik adalah tindakan yang salah. Pembakaran plastik malah bisa menimbulkan senyawa dioksin dan furan yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pihaknya berkomitmen mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, salah satunya melalui produsen biodegradable plastic untuk meningkatkan produksinya. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pelestarian lingkungan hidup.

Untuk itu, Menperin memacu peningkatan produksi biodegradable plastic hingga lima persen dari jumlah kapasitas nasional saat ini sebesar 200 ribu ton per tahun untuk menggantikan plastik konvensional yang tidak ramah lingkungan. Sementara itu, konsumsi plastik di Indonesia mencapai lima juta ton per tahun, dan baru 50 persen yang bisa dipenuhi dari industri dalam negeri.

Terlebih lagi, Pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong konsep ekonomi sirkular dengan prinsip yang dikenal sebagai 5R. Prinsip ini antara lain dilakukan melalui reduce atau pengurangan pemakaian material mentah dari alam.

Melalui prinsip reuse atau optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali, daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery), dan perbaikan (repair). Melalui prinsip-prinsip tersebut ekstraksi material mentah dari alam jauh lebih efektif dan efisien. Selain itu limbah juga dapat dikurangi.*

Exit mobile version